Â
JAKARTA - Masjid Agung Demak telah menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah Indonesia. Keberadaannya tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, politik, dan kegiatan sosial masyarakat.
Masjid ini melambangkan toleransi dan keberagaman budaya yang menjadi ciri khas Indonesia.
 BACA JUGA:
Masjid yang berada di jalan Sultan Fatah, Demak ini juga memiliki peran penting dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Pada masa itu, banyak pedagang Arab dan Persia yang datang ke kepulauan Nusantara untuk berdagang.
Mereka membawa ajaran Islam dan menjalin hubungan dengan masyarakat lokal. Melalui interaksi tersebut, agama Islam mulai diterima dan tumbuh di Indonesia.
 BACA JUGA:
Melansir laman Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, Masjid Agung Demak dibangun pada abad ke-15 oleh Raden Patah dan para Wali Songo. Awalnya, Raden Patah yang baru saja menjadi penguasa Demak melihat pentingnya memiliki pusat agama yang kuat sebagai landasan untuk memperluas pengaruh Islam.
Gaya arsitektur Masjid Agung Demak memadukan elemen-elemen Jawa kuno dengan gaya arsitektur Islam. Bangunan ini terbuat dari batu bata merah yang diukir dengan detail yang rumit. Atapnya berbentuk limas dan ornamen-ornamennya dipenuhi dengan ukiran-ukiran yang indah.
Kombinasi harmonis antara seni Jawa dan seni Islam menciptakan keunikan dan keelokan yang memikat. Selain itu, Raden Patah dan para Wali Songo juga menyematkan gambar bulus atau hewan yang mirip dengan kura-kura di bagian dindingnya.
Bulus sengaja dipilih karena secara filosofis melambangkan tahun pembangunan masjid, yakni 1401 Saka. Adapun simbol tersebut diambil dari kepala bulus yang bermakna 1, 4 kaki bulus, 0 untuk badan bulus yang bulat, dan 1 untuk ekor bulus.
Follow Berita Okezone di Google News