PEPERANGAN dahsyat antara Kerajaan Jipang dan Pajang konon mewarnai catatan sebelum akhirnya terbentuknya Kerajaan Mataram. Kekalahan Arya Penangsang penguasa Jipang itu konon tewas di tangan Raden Ngabehi Sutawijaya.
Tetapi sang raja Pajang kala itu tidak tahu bahwa yang membunuh Arya Penangsang adalah Sutawijaya, tetapi yang ia ketahui yang membunuh adalah Ki Gede Pamanahan dan Panjawi.
Sebab, Sutawijaya saat itu masih amat muda, sehingga ia hanya akan diberikan pakaian yang bagus-bagus sekadar untuk menghibur. Pamanahan dan Panjawilah yang membunuh Panangsang, itulah yang disiarkan kepada umum.
Keesokan harinya, di depan umum, kepada Raja Pajang dilaporkan kemenangan atas Arya Penangsang, dan siapa saja yang berhasil membunuhnya. Setelah itu Raja menanyakan nasib Aria Mataram yang telah pergi dengan tujuan yang tidak diketahui.
De Graaf pada bukunya "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", menyebut Raja Pajang untuk meminta kepada Ki Gede Pamanahan agar memilih tanah Pati atau Mataram. Ia berpendapat haknya sebagai anak sulung justru memberi dia kedudukan yang paling rendah.
Tetapi justru sebaliknya hingga akhirnya Ki Gede Pamanahan mengalah dan menyerahkan Pati yang telah menjadi kota dengan banyak penduduk untuk dijatuhkan ke Panjawi. Sementara dirinya memilih Mataram yang masih hutan belantara.
Follow Berita Okezone di Google News
Dengan demikian, Panjawi boleh segera pergi ke Pati yang harus diurusnya dengan baik. Pamanahan diutus ke Jepara untuk memberitahukan hasil peperangan kepada Ratu Kalinyamat. Setelah itu barulah Pamanahan akan memperoleh tanah Mataram.
Ketika bertemu Ratu Kalinyamat, Pamanahan menolak semua hadiah dari Ratu Kalinyamat karena berhasil membunuh Arya Penangsang sesuai dengan janji sang ratu. Bahkan, Ki Gede Pamanahan telah lega hati dan juga tak menerima pemberian dua kerajaan yakni Kerajaan Prawata dan Kalinyamat, termasuk semua harta kekayaan kecuali pusaka - pusakanya.
Ia pun menerima dua cincin Menjangan-Bang, dengan sebuah permata delima dan Uluk, dengan sebuah mata berlian, yang harus disembunyikannya baik-baik. Kepadanya juga diberikan semua peninggalan janda almarhum Pangeran Kalinyamat.
Dalam perjalanan kembali Pamanahan masih singgah di Sela. Dari sana dibawanya serta 150 orang anggota keluarga dan kerabat yang mencintainya untuk tinggal bersama di Mataram.
Turut serta dalam rombongan yang dibawa Ki Gede Pamanahan adalah para wanita-wanita cantik yang dihadiahkan oleh Ratu Kalinyamat, Raja Pajang hanya memilih seorang, yang kemudian dititipkannya kepada Pamanahan sampai cukup dewasa untuk dapat dikawini.
Tetapi, Pamanahan konon mendengar kabar penyerahan tanah Mataram sekali lagi ditunda. Hal ini mengakibatkannya sempat kecewa. Namun, konon ia memilih tidak kembali dan bertapa di hutan belantara.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.