Share

Momen Sunan Giri Cegah Pertempuran Panembahan Senopati dengan Pangeran Surabaya

Avirista Midaada, Okezone · Selasa 28 Maret 2023 07:19 WIB
https: img.okezone.com content 2023 03 28 337 2788466 momen-sunan-giri-cegah-pertempuran-panembahan-senopati-dengan-pangeran-surabaya-G6IJHfljgg.jpg Ilustrasi (Foto: Dok Istimewa/Okezone)

JAKARTA - Panembahan Senopati menjadi raja pertama di Kerajaan Mataram Islam. Sosoknya juga disebut menjadi pendiri Kerajaan Mataram Islam yang memiliki hubungan dekat dengan Sunan Giri. Konon ketika akan dilantik sebagai raja, Senopati mengirimkan sepucuk surat melalui utusannya.

Surat itu berisikan kepastian tentang ramalan yang pernah disampaikan Sunan Giri kepada Sultan Pajang, bahwa dirinya menjadi raja besar di Pulau Jawa. Menerima surat itu, Sunan Giri sebagaimana dikutip dari "Awal Kebangkitan Mataram : Masa Pemerintahan Senapati", akhirnya mengundang Senapati untuk memperoleh keyakinan sendiri tentang ketepatan ramalannya, dengan cara menyerang Jawa Timur.

Setelah itu ramalan diberikan, dan kesimpulannya berbunyi: "Gusti menjadi abdi, abdi menjadi gusti. Buktinya sudah ada di Pajang dan Mataram." Senapati menerima undangan itu dan memutuskan, menurut contoh Sultan Pajang, berangkat pada bulan Muharam. Pamannya, Dipati Mandaraka, akan membawa para adipati dari Pati, Demak, dan Grobogan ke arah timur, sehingga mereka tidak perlu berkumpul di Pajang.

Demikianlah bala tentara itu sampai di Japan, yang kini bernama Mojokerto. Di sana muncul pula pasukan Jawa Timur yang dipimpin oleh Pangeran Surabaya, yang merasa khawatir bahwa Senapati bertujuan menaklukkan semua kerajaan Jawa Timur. Ada pula para bupati dari Jawa Timur dan Madura, sebuah barisan yang beraneka ragam.

Di Mojokerto itu pula sesuai Babad Tanah Jawi, juga tiba seorang utusan Sunan Giri yang mengumpulkan para pemimpin dan priai itu di kubunya. Kepada Senapati dan Pangeran Surabaya. yaitu para anak didik Sunan Giri, oleh utusan itu dibacakan surat Sunan Giri yang berisi larangan berperang guna mencegah pertumpahan darah dan menyelamatkan rakyat kecil.

Follow Berita Okezone di Google News

Dimunculkanlah teka - teki yang diminta kedua untuk memilih antara isinya atau kulitnya. Pangeran Surabaya memilih isinya, Senapati memperoleh kulitnya. Sunan Giri menyatakan kepada utusannya setelah ia pulang: "kulit itu adalah tanahnya, isinya orang-orangnya. Apabila orang-orang itu tidak patuh pada pemilik tanah, maka mereka itu diusir." Senapati memang telah memilih yang terbaik.

Konon Serat Kandha mendeskripsikan bagaimana kekuatan tak seimbang antara kubu Panembahan Senopati yang disokong oleh Sunan Giri dengan Pangeran Surabaya. Pertemuan antara kedua pasukan Senopati dan Pangeran Surabaya ini pasca Senopati memohon penegasan Sunan Giri atas pengangkatannya sebagai panembahan dan memperolehnya.

Setelah itu diputuskannya untuk menaklukkan ujung timur Jawa dengan mengirimkan pasukan sebanyak 6.000 orang, berikut juga pamannya. Tetapi untuk melawannya Pangeran Surabaya mengumpulkan lebih kurang 40.000 orang yang berasal dari bupati-bupati di sekitarnya.

Langkah ini dilakukan setelah Pangeran Surabaya terlebih dahulu mengirimkan berita tentang ekspedisi yang akan dilakukannya itu kepada Sunan Giri. Kedua kubu pasukan telah berhadapan. Tidak lama kemudian 40 santri dari Giri, melalui garis depan, datang membawa surat balasan dari Sunan.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini