JAKARTA - Selesainya urusan mengenai perjanjian politik dengan Belanda, maka Sultan Hamengku Buwono IX resmi dilantik menjadi raja. Atas persetujuan pihak Keraton dan pihak Belanda, Sultan Hamengku Buwono IX dilantik pada 18 Maret 1940.
Beberapa hari menjelang penobatan, suasana di sekitar Keraton menjadi sibuk. Banyak masyarakat dari golongan terpelajar menaruh harapan besar kepada Dorodjatun atau calon sultan ini.
 BACA JUGA:
Meskipun masyarakat belum tahu betul bagaimana sikap Dorodjatun dalam memimpin, namun mereka menganggap Dorodjatun memiliki pemikiran yang maju. Terlebih saat Dorodjatun sangat berhati-hati dalam memberikan keputusan di perundingan kontrak politiknya.
Masyarakat percaya bahwa dengan pemikiran Dorodjatun yang maju dan sikapnya, Dorodjatun bisa memberikan angin baru kepada masyarakat. Hal ini pun terbukti saat pelantikan Dorodjatun.
 BACA JUGA:
Dalam buku yang berjudul "Tahta Untuk Rakyat : Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX", dituliskan bahwa untuk pertama kalinya saat upacara penobatan Dorodjatun, ada dua orang wartawan pribumi yang datang dan membuat berita mengenai pelantikan Dorodjatun.
Dengan adanya dua wartawan pribumi, masyarakat merasakan akan ada perubahan besar yang terjadi. Bahkan dalam salah satu tulisan Bramono, salah seorang wartawan tersebut menyebutkan:
"Wonten ing Siti Hinggil ing Bangsal Kentjana kaparingan loenggoch ing koersi, dados satoenggal kaliyan para bandara lan tamoe tamoe Walandi. Toemrap sedjarah Ngayogyakarta kawontenan wace pantjèn pantes dipoen pengeti, djalaran kalampahanipoen pantjèn saweg sapisan poenika, sarta kapinoedion R. Roedjito kaliyan koela (Bramono) ingkang dados paportjock octawi dados tiyang ingkang kaping sapisanan ngraosaken doemadosipoen ewah-wahan kasebut ing nginggil...."
Follow Berita Okezone di Google News