Share

Idjon Djanbi, Mantan Sopir Ratu Belanda yang Jadi Komandan Pertama Kopassus

Muhammad Ramadhan, Okezone · Selasa 21 Maret 2023 06:39 WIB
https: img.okezone.com content 2023 03 20 337 2784401 idjon-djanbi-mantan-sopir-ratu-belanda-yang-jadi-komandan-pertama-kopassus-CCFuwWwvX6.jpg Idjon Janbi. (Ist)

PEMBERONTAKAN RMS merupakan cikal bakal terbentuknya Kopassus. Pada 1950, Operasi Senopati yang dipimpin oleh Kolonel AE Kawilarang dan dibantu oleh Letkol Slamet Riyadi dijalankan untuk merebut kota Ambon dari RMS.

Pada saat itup Pasukan TNI mengerahkan pasukannya, tetapi dapat digagalkan RMS yang hanya memiliki pasukan kecil. Hal itulah yang membuat Slamet Riyadi mengusulkan untuk membuat pasukan khusus yang dapat diandalkan dalam segala situasi.

Setelah wafat, gagasan itu direalisasikan oleh AE Kawilarang. Ia pun membentuk Kesatuan Komando Tentara Teroterium-III/Siliwangi. Kol Kawilarang lalu memerintahkan Letda Aloysius Sugianto untuk mencari pelatih yang akan membantu pembentukan kesatuan pasukan khusus dengan basis di bekas pangkalan KST di Batujajar, Bandung.

Dari hasil diskusi tentang siapa yang cocok membentuk pasukan khusus yang kelak menjadi Kopassus TNI Angkatan Darat, nama Idjon Djanbi yang pernah melatih Combat Intelligent Course (CIC) di Bogor tahun 1950 pun muncul.

Rodes Barendrecht "Rokus" Visser atau dikenal dengan Mochamad Idjon Djanbi lahir di Belanda dan merupakan seorang mantan anggota KST, yaitu Pasukan Khusus Belanda yang dilatih oleh Pasukan Komando Inggris (SAS). Perjalanannya di militer cukup panjang.

Ia memulai karier militernya dengan masuk ke dinas militer sukarela tentara sekutu sebagai sopir Ratu Wilhelmina. Setelah itu, ia mengundurkan diri dan bergabung dengan Pasukan Angkatan Darat Belanda, yaitu Brigade Princess Irene.

Setahun setelahnya, Idjon menjalani pelatihan komando di Skotlandia. Pasukan ini disebut oleh Winston Churchill sebagai "Pasukan Siluman Sekutu". Idjon pun berhasil lolos. Setelah itu, menjadi Co- Pilot pesawat tempur Belanda dalam Operasi Market Garden di Arnhem, 1994.

Lalu, Idjon diangkat menjadi pelatih pasukan sekutu di pangkalan yang terletak di Kota Hollandia (sekarang Jayapura). Pada 1947, Ia dipindahkan ke Bandung, karena tempatnya melatih dipindahkan ke Batujajar. Selesai melatih disana, ia memutuskan untuk pensiun dari militer dan menetap di Lembang.

Dengan berbagai pengalamannya sebagai Pasukan Elite Komando dan sebagai pelatih penerjun payung, hal inilah yang membuatnya menarik perhatian Kolonel Kawilarang.

Follow Berita Okezone di Google News

Mengutip dari buku Kopassus untuk Indonesia – Profesionalisme Prajurit Kopassus, Gaya Idjon Djanbi menjadi pelatih dan pemimpin sesuai dengan gagasan Slamet Riyadi dan Kawilarang. Djanbi kemudian diberi pangkat Mayor dengan wakil Kapten Marzoeki Soelaiman, mantan prajurit Siliwangi dari Divisi Kala Hitam (kini Batalyon 312 Kala Hitam) yang fasih berbahasa Belanda. Ini menjadi faktor penting dalam pendidikan waktu itu karena sebagian besar materi dalam Bahasa Belanda dan Inggris.

Keberhasilan demi keberhasilan membuat Markas Besar Angkatan Darat mengadopsi mereka sebagai Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat yang pada 18 Maret 1953 diresmikan menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).

Selang dua tahun kemudian, pada 25 Juli 1955 KKAD berubah menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Mohammad Hatta di Batujajar, yang kemudian dalam perjalanannya kini dikenal sebagai Kopassus TNI AD.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini