PERTENGKARAN rumah tangga Soekarno dan Inggit Garnasih berawal dari suaminya yang sedang dimabuk cinta oleh Fatmawati. Hal itu ternyata diketahui sang anak angkat, Ratna Djuami yang kemudian meminta ibunya merelakan bapaknya untuk Fatmawati.
Dikutip dalam buku “Soekarno Fatmawati Sebuah Kisah Cinta Klasik” yang ditulis oleh Adhe Riyanto, pertengkaran tersebut masih sering terjadi setelah mereka pindah ke Jakarta pada 1943. Hingga, pada suatu malam Soekarno yang baru pulang larut malam disambut Inggit dengan sikap dingin.
Bahkan, ketika Inggit sedang terbakar api cemburu, ia seringkali melempar barang-barang apa saja yang ada di dekatnya, seperti keperluan alat makan sehingga piring-piring dan benda lainnya berhamburan dan menimbulkan keributan. Soekarno pun cukup kecewa dengan perbuatan istrinya dan beberapa kali terlihat murung.
Sementara itu, Soekarno kelihatannya benar-benar mencintai Fatmawati hingga rela memberi kabar pada saat tidak dapat bertemu secara langsung, ia berkata, "Sekalipun tidak ada kontak antara Fatmawati denganku. Hubungan pos terputus dan memang ada aku mengirim surat sekali untuk mengabarkan bahwa kami sudah selamat sampai di Jakarta."
Ratna Djuami dan Asmara Hadi, anak dan menantu dari Soekarno dan Inggit mengetahui bahwa bapaknya sangat merindukan Fatmawati terutama ketika Fatmawati berada di Bengkulu sehingga ia mengira rumah tangga orang tuanya sudah tidak akan bertahan lama lagi.
Menurut Ratna dan Asmara, pekerjaan soekarno sebagai pemimpin negara juga menjadi penyebab pertengkaran rumah tangga mereka. Dalam menjalankan tugas sebagai presiden tentu sangat dibutuhkan rakyat. Oleh karena itu, Inggit seringkali ditinggal oleh Soekarno.
Kemudian, Ratna dan suaminya meminta agar Inggit merelakan Soekarno untuk menikahi Fatmawati. Namun, Inggit bersikeras menolak untuk dimadu dan lebih memilih untuk bercerai.
Follow Berita Okezone di Google News