JAKARTA - Soekarno ternyata sering blusukan atau turun langsung ke masyarakat selama menjadi Presiden RI. Bahkan, Bung Besar harus menyamar agar keberadaannya tak diketahui warga. Tapi, pernah terjadi Soekarno lupa dirinya tengah menyamar sehingga ketahuan.
Roso Daras dalam buku ‘Total Soekarno’ menceritakan ada kalanya Bung Karno kelupaan dirinya sedang menyamar. Lupa untuk tidak berbicara, atau lupa untuk tidak mengeluarkan suara. Seperti yang terjadi di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat, di dekat lokasi pembangunan gudang stasiun.
Waktu itu, spontan saja ia bertanya kepada tukang bangunan, “Dari mana diambil batubata dan bahan konstruksi yang sudah dipancangkan ini?”
Apa yang terjadi setelah Bung Karno bersuara? Belum sempat tukang bangunan menjawab pertanyaan Bung Karno, terdengar seorang perempuan berteriak kencang sekali, “Itu suara Bapak… Ya… suara Bapak!!!… Hee… orang-orang, ini Bapak…. Bapak….!!!!”
Dalam sekejap ratusan, kemudian ribuan orang menyemut mengerubungi Bung Karno. Mereka berebut mendesak, menyalami, memegang, suasana pun menjadi gaduh.
Ajudan segera mengamankan Bung Karno, menyibak kerubungan massa, memasukkannya ke dalam mobil, dan menghilang.
Dalam biografinya "Soekarno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia "karya Cindy Adams, ia mengatakan, sering merasa lemas, napas seakan berhenti apabila tidak bisa keluar Istana dan bersatu dengan rakyat-jelata yang melahirkannya.
Karena itu pula, Soekarno tak jarang keluar Istana seorang diri, ada kalanya dikawal seorang ajudan berpakaian preman.
Bagaimana ia menyamar? Menurut Bung Karno, tidak terlalu sulit. Sebab, rakyat kebanyakan sangat lekat dengan penampilan Bung Karno khas dengan baju seragam dan peci hitam.
Maka, ketika Bung Karno berganti pakaian, memakai sandal, pantalon, atau hanya berkemeja, lalu mengenakan kacamata berbingkai tanduk, rupa Bung Karno sudah beda sama sekali.
Follow Berita Okezone di Google News