JAKARTA - Erupsi Gunung Merapi yang memuntahkan awan panas guguran (APG) pada Sabtu 11 Maret 2023 kemarin masih terkait dengan erupsi besar yang terjadi pada tahun 2010 lalu.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengungkapkan, aktivitas Gunung Merapi cukup kompleks.
“Untuk kronologi aktivitas saat ini masih terkait dengan kronologi aktivitas (erupsi) sejak 2012 pasca 2010,” ucap Agus Budi Santoso saat Konferensi pers secara virtual, Minggu (12/3/2023).
Agus mengatakan sejak tahun 2012 atau sekitar 2 tahun setelah erupsi besar 2010, Gunung Merapi kembali terjadi peningkatan aktivitas yang ditunjukkan dengan aktivitas erupsi-erupsi freatik, kemudian terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi berupa erupsi freatik terutama pada tahun 2018. Tapi sebenarnya peningkatan aktivitas tersebut sudah terjadi sejak 2012.
“Hal ini, menunjukkan adanya migrasi magma dari dalam, dari kedalaman 3 km sampai menuju permukaan. Kemudian ketika erupsi freatik, ternyata sudah sangat intensif dan menunjukkan akan adanya siklus magma yang baru,” ungkap Agus.
Oleh karena itu, Agus mengatakan BPPTKG meningkatkan status aktivitas Gunung Merapi dari Normal ke Waspada pada 11 Mei 2018.
Erupsi ini, kata Agus, berlanjut berupa pertumbuhan kubah lava kemudian terjadi awan panas dan guguran lava yang berlangsung hingga September 2019.
“Nah, ini adalah satu siklus erupsi pasca 2010 yaitu 2018 hingga 2019. Kemudian setelah itu erupsi berhenti, terjadi kembali erupsi-erupsi freatik yang pernah terjadi sebelumnya yang mana itu sama menandakan bahwa sedang terjadi migrasi magma kembali yaitu pada 2 September 2019 sampai Oktober 2020,” katannya.
Dia pun mengatakan Gunung Merapi kemudian mengeluarkan magma baru di mana sebelumnya terjadi krisis yang terlihat dari data pemantauan BPPTKG.
Follow Berita Okezone di Google News