Share

Penyatuan Kembali Dua Wilayah Kerajaan Singasari yang Terpecah di Era Raja Wisnuwardhana

Avirista Midaada, Okezone · Sabtu 11 Maret 2023 07:46 WIB
https: img.okezone.com content 2023 03 11 337 2779226 penyatuan-kembali-dua-wilayah-kerajaan-singasari-yang-terpecah-di-era-raja-wisnuwardhana-KkzBEH4QwF.jpg Illustrasi (foto: Okezone)

KERAJAAN Tumapel atau yang terkenal dengan Kerajaan Singasari sempat terpecah menjadi dua. Hal itu terjadi sepeninggal Ken Arok tewas dibunuh oleh anak tirinya Anusapati. Hampir beberapa raja yang bertahta terpecah menjadi dua satu di Daha, yang menjadi ibu kota Kerajaan Kediri, serta Kutaraja yang menjadi ibu kota Kerajaan Singasari.

Penyatuan kedua Kerajaan Singasari ini bisa diwujudkan oleh Jayawisnuwardhana. Prasasti Mula-Malurung sempat mencatat penyatuan Kediri dan Tumapel, pada masa pemerintahan Sang Prabhu Seminingrat, nama lain dari Wisnuwardhana. Prof. Slamet Muljana pada "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", menyatakan bahwa penyatuan kembali Tumapel dan Kediri oleh Sang Prabhu Seminingrat berlangsung sepeninggal Sri Maharaja Nararya Tohjaya. Peristiwa inilah yang dimaksud dalam prasasti Wurare. Peristiwa itu berbeda dengan peristiwa penundukan Kediri oleh Sri Bhatara Sang Amurwabhumi pada tahun 1222.

Dijelaskan pada Prasasti Mula-Malurung lempengan IIIA dan B itu disebutkan bahwa "Sang Pranaraja bertindak sebagai 'tangan dan kaki' Sang Prabhu Seminingrat,ketika Bhatara Parameswara mangkat. Beliau adalah ayah Nararya Waning Hyun, permaisuri Sang Prabhu Seminingrat. Dari perkawinan antara sang Prabhu Seminingrat dan nararya Waning Hyun lahir Sri Kertanagara; oleh karena itu Bhatara Parameswara adalah nenek Sri Kertanagara."

"Beliau mangkat di Kebon Agung dan dicandikan di Pikatan, diarcakan sebagai Dewa Wisnu. Pada waktu penyucian tanah candi, Sang Pranaraja bekerja sangat keras. Lagi pada waktu pencandian buyut Sang Prabhu Seminingrat di Kalang Bret, Sang Pranaraja memimpin segala pekerjaan sampai selesai. Pada waktu Sang Prabhu Seminingrat meresmikan candi makam di Pager yang bernama Narasingaradya, Sang Pranaraja bertindak seolah-olah alat Sri Baginda Seminingrat, Sepeninggal paman dan mertua Sang Prabhu yakni Bhatara Parameswara, yang menggantikan ialah Bhatara Guning Bhaya, juga paman Sang Prabhu Seminingrat. Sang Pranaraja mengabdi kepada Sang Prabhu Guning Bhaya."

"Sepeninggal Sang Prabhu Guning Bhaya, Nararya Tohjaya naik tahta. Nararya Tohjaya adalah kakak Sang Prabhu Guning Bhaya dan paman Sang Prabhu Seminingrat. Sang Pranaraja mengabdi kepada Sang Prabhu Tohjaya. Sepeninggal Sang Prabhu Tohjaya, Nararya Seminingrat naik tahta berkat dukungan semua pembesar terutama dukungan Sang Pamegat di Ranu Kabayan Sang Apanji Patipati. Berkat dukungan itu pulih kembali Kerajaan Tumapel. Sebagai balas budi Sang Prabhu Seminingrat meresmikan desa Kayu Manis sebagai tanah perdikan bagi para brahmana."

Penemuan prasasti Mula-Malurung itu membuat kesejarahan tokoh Tohjaya yang dicatat pernah menjadi penguasa di Kerajaan Singasari dapat ditetapkan. Namun terbukti pernyataan prasasti Mula-Malurung tentang Tohjaya berbeda dengan pernyataan Pararaton.

Sampai tahun 1979 berdasarkan Pararaton Tohjaya selalu dianggap sebagai raja di Tumapel sesudah masa pemerintahan Sang Anusapati. Berdasarkan pernyataan prasasti Mula-Malurung Tohjaya adalah raja di Kediri sehabis masa pemerintahan Sang Prabhu Guning Bhaya.

Follow Berita Okezone di Google News

Tokoh-tokoh sejarah di sekeliling Nararya Tohjaya yang disebut dalam Pararaton hampir semuanya ditemukan kembali pada prasasti Mula-Malurung seperti Pranaraja, Panji Patipati, Ranggawuni. Pranaraja ternyata adalah pembesar Kerajaan Kediri yang berturut-turut mengabdi kepada Bhatara Parameswara, Bhatara Guning Bhaya, Bhatara Tohjaya dan Bhatara Jayawisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat.

Berkat jasa-jasanya selama mengabdi para ratu di Kediri itu Sang Pranaraja mendapat hadiah tanah di desa Mula dan Malurung, yang terletak di sebelah utara ibukota Daha. Panji Patipati yang dalam Pararaton dikatakan menyembunyikan Mahisa Campaka dan Ranggawuni, ternyata adalah Sang Pamegat di Ranu Kebayan, penyokong kuat Jayawisnuwardhana dalam usaha penyatuan Kediri dengan Tumapel.

Berkat dukungan itu dan dukungan para pembesar lainnya di Kerajaan Kediri Jayawisnuwardhana berhasil menggabungkan Kediri dengan Tumapel, yang telah dikuasai oleh Jayawisnuwardhana sepeninggal Sang Anusapati pada tahun 1248. Selanjutnya Sang Apanji Patipati mengabdi kepada Sri Kertanagara, yang sejak tahun 1254 menurut Nagarakretagama diangkat sebagai raja di daerah Kediri.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini