KERAJAAN Kahuripan menjadi salah satu kerajaan besar pada masanya saat bawah kekuasaan Raja Airlangga. Keberadaan Airlangga mampu mengembalikan kejayaan era Wangsa Isyana ketika Mpu Sindok bertahta dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur.
Airlangga konon menjadi pendiri sekaligus raja terakhir dari Kerajaan Kahuripan sebelum akhirnya dibelah menjadi dua. Airlangga bergelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa memerintah pada 1009 - 1042 Masehi.
Dikutip dari buku "Airlangga Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI" karya Ninie Susanti, ada beberapa langkah visioner yang dilakukan Airlangga usai dinyatakan menjadi raja oleh para pendeta dan rakyatnya. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh Airlangga dalam memerintah Kerajaan Kahuripan ini digambarkan melalui beberapa prasasti, seperti Prasasti Cane, Baru, Terep, Kamalagyan, Turunhyang A.
Beberapa kebijakan konon disebut prasasti itu tak lazim pada kerajaan masa itu. Penyederhanaan sistem birokrasi pejabat pemerintahan diambil oleh Airlangga. Airlangga memberi perhatian besar kepada kesejahteraan rakyat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian hadiah, kepada siapa saja yang berjasa bagi pemerintah dan raja, serta peningkatan pemeliharaan sarana umum, misalkan bangunan suci, bendungan, dan irigasi.
Di bidang keagamaan, Raja Airlangga memberi perhatian besar kepada kehidupan beragama di kerajaannya. Hal ini terlihat dengan selalu diikutsertakannya pada pendeta dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintahan saat itu.
Raja Airlangga juga melakukan perbaikan beberapa sarana prasarana umum yang berkaitan dengan hajat hidup dan matapencaharian rakyatnya. Perbaikan Bendungan Waringin Sapta, sehingga mengakibatkan berfungsi kembalinya pelabuhan regional Hujun Galuh, menjadi salah satunya.
Follow Berita Okezone di Google News