AHMAD Munasir Rafie Pratama, salah satu dosen Universitas Islam Indonesia (UII) dikabarkan hilang setelah mengikuti aktivitas mobilitas global di University of South-Eastern Norway (USN).
Ia sempat mengirim pesan ke istrinya sedang menunggu boarding untuk naik pesawat ke Istanbul, Turki, pada 12 Februari 2023. Pesan tersebut menjadi kontak terakhir Rafie kepada istrinya.
Berikut 5 fakta terkait hilangnya dosen UII
1. Pesan Terakhir ke Istri
Ahmad Munasir Rafie Pratama sempat mengirimkan pesan pada istrinya sebelum hilang kontak.
"Beliau mengirimkan pesan terakhir kepada istrinya pada 12 Februari 2023 siang, beberapa saat sebelum menaiki pesawat ke Istanbul yang berbunyi: ‘menunggu boarding’," kata Rektor UII, Prof Fathul Wahid, dalam keterangannya, Sabtu 18 Februari 2023.
Sejak saat itu, Rafie tidak pernah mengirimkan pesan lagi. Beragam upaya mengontak melalui beragam kanal daring, termasuk email, diupayakan. Namun, tak ada yang direspons Rafie.
Menurut informasi lisan yang diberikan Rafie dan dikuatkan dengan pesan WhatsApp kepada istrinya, Rafie akan mendarat di Jakarta pada 16 Februari 2023 pukul 18.00 WIB. Adik Rafie menunggu di pintu kedatangan dan tidak mendapati yang bersangkutan.
2. UII Bilang Hilangnya Dosen Tak Terkait Gempa Turki
Pihak UII mengatakan yang bersangkutan hilang bukan karena gempa dahsyat yang mengguncang Turki. Karena memang tanggal gempa bumi dengan hilangnya Refie berbeda.
"Sepertinya tidak Pak (bukan karena gempa). Kalau dilihat tanggalnya," ujar Humas UII, Rifki Sasmita Hadi, saat dikonfirmasi.
Diketahui, sang dosen hilang dalam perjalanan pulang dari Norwegia menuju Indonesia. Berdasarkan pesan singkat yang diterima istrinya, dosen tersebut hendak menaiki pesawat yang akan menuju ke Istambul Turki. Setelah itu, tidak ada lagi komunikasi dengan pihak keluarga hingga saat ini.
3. Hadiri Acara di Norwegia
Dalam keterangannya Rektor UII, Prof. Fathul Wahid menjelaskan beberapa waktu lalu, Tim UII terdiri dari empat orang, termasuk dirinya mengunjungi USN untuk mempererat kerja sama kedua universitas. Mereka berangkat dengan dukungan pendanaan dari Uni Eropa, melalui skema Erasmus+.
"Kami beraktifitas di sana sekitar sepekan," kata dia.
Follow Berita Okezone di Google News