Bagaiman tidak dengan tulisan yang dibuat oleh wartawan membuat Indonesia berhasil mendapatkan kemerdekaan.
Berikut daftar wartawan yang merupakan pahlawan nasional dirangkum dari berbagai sumber;
Muhammad Yamin lahir di Talawi, Sumatra Barat pada tanggal 23 Agustus 1903. Ia adalah sosok yang dikenal karena berbagai peran. Ia dikenal sebagai sastrawan, politisi, pakar hukum, serta pengamat sejarah.
Sebelum terjun ke politi, kemampuannya adalah dunia jurnalistik. Buktinya, ia pernah menjadi awak redaksi sejumlah media massa.
Beberapa surat kabar yang menjadi tempat Yamin berkecimpung di dunia jurnalistik adalah Panorama dan Kebangoenan. Ensiklopedia Sastra Indonesia milik Kemendikbudristek mencatat bahwa Yamin pernah menjabat sebagai Dewan Pengawas LKBN Antara pada 1961 hingga 1962.
2. Mohammad Hatta
Selain berjuang melawan pemerintahan kolonial Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Mohammad Hatta yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 ini pernah menggeluti dunia jurnalistik.
Ia mulai menulis ketika dirinya bersama Syahrir ditangkap dan diasingkan ke Digul, dan selanjutnya Banda Neira. Banyak artikel yang ditulisnya tertuang di koran-koran Jakarta dan berbagai majalah di Medan.
Artikelnya itu tidak terlalu memuat hal-hal yang berbau politis, melainkan lebih bersifat menganalisis dan mendidik pembaca. Daftar koran yang pernah menjadi tempat beliau menulis di antaranya, koran “Sin Tit Po”, Nationale Commantaren, dan Pemandangan, yang banyak berisi ajakan kepada rakyat Indonesia untuk tidak memihak pihak Barat maupun fasisme Jepang.
3. Ki Hajar Dewantara
Dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, pahlawan kelahiran 2 Mei 1889 di Yogyakarta ini pernah menjalani karir sebagai wartawan. Selain menjadi pendiri Sekolah Taman Siswa, pelopor pendidikan bagi kaum pribumi, hingga penggerak kemerdekaan RI, beliau terkenal akan tulisannya.
Ki Hajar aktif menjadi wartawan di berbagai surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Namun, tulisannya yang dimuat dalam surat kabar De Express bertajuk Als ik een Nederlander was atau Seandainya Aku Seorang Belanda, membuatnya sempat diasingkan pemerintah Hindia Belanda. Hal itu karena dianggap oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai kritikan tajam.
4. Abdurrahman Baswedan
Dalam sejarah pers nasional, namanya tercantum dalam buku Jagat Wartawan karya Soebagijo Ilham Notodidjojo. Melalui berbagai tulisannya, ia juga berhasil menyatukan para keturunan Arab di Indonesia dengan golongan pribumi, untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
5.Adam Malik
Di kancah jurnalistik, Adam Malik pernah bekerja bagi sejumlah media massa, di antaranya surat kabar Pelita Andalas dan Majalah Partindo. Ia juga tercatat sebagai sosok yang berperan penting dalam pendirian Kantor Berita Antara.
Adam Malik merupakan salah satu pelopor berdirinya Kantor Berita Antara. Namanya bersanding bersama tokoh pendiri lain yang terdiri dari Soemanang , Albert Manoempak Sipahoetar, Armijn Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna.
Sosok Adam Malik dikenal sebagai politikus yang pernah mengemban beberapa jabatan, di antaranya wakil presiden, ketua parlemen, dan menteri luar negeri. Ia juga pernah menjadi Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa.
6.Tan Malaka
Tokoh kelahiran 2 Juni 1897 asal Sumatera Utara ini mengambil peran dalam melawan penjajahan Belanda melalui tulisannya. Mulai dari propaganda Deli Spoor yang ditulis untuk para kuli, hingga tulisan tentang penderitaan kuli perkebunan teh yang tertera di Sumatera Post. Ia juga pernah melahirkan karya yang dimuat di Het Vrije Woord berjudul “Tanah Orang Miskin”, yang menceritakan kesenjangan kekayaan antara kaum kapitalis dengan pekerja.
7. Tirto Adhi Soerjo
Nama Tirtoadisuryo akrab dengan panggilan yang diraihnya sebagai Bapak Pers Nasional. Beliau yang lahir di Blora pada tahun 1880 ini pernah menuai pendidikan dokter di Stovia Batavia (1893-1900).
Dalam merintis karirnya di dunia jurnalistik, ia pernah memimpin surat kabar miliknya bernama Soenda Berita pada tahun 1901. Seusai itu, Tirtoadisuryo mendirikan mingguan Medan Priyayi pada tahun 1909 yang sayangnya berhenti terbit pada tahun 1912. Di tahun yang sama, ia mendirikan perusahaan penerbitan pertama di Indonesia, N.V Javaansche Boekhandelen Drukkerij “Medan Priyayi” pada tahun 1909 bersama Haji Mohammad Arsjad dan Pangeran Oesman.
Jejak tulisannya dapat dilihat di berbagai media massa yang ia kelola, seperti Pembrita Betawi, Soeloeh Keadilan, Poetri Hindia, Sarotomo, Soeara B.O.W, Soeara Spoor dan Tram, serta Soeraaurna.
 (RIN)
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.