Share

Usai Perang Bubat, Nasib Gajah Mada Merana, Kematiannya Pun Penuh Misteri

Avirista Midaada, Okezone · Rabu 08 Februari 2023 06:51 WIB
https: img.okezone.com content 2023 02 08 337 2760970 usai-perang-bubat-nasib-gajah-mada-merana-kematiannya-pun-penuh-misteri-7DpJwaMy9R.jpg Gajah Mada/Foto: Wikipedia

 

JAKARTA - Kehidupan Gajah Mada pasca-Perang Bubat tidaklah sama seperti biasanya. Ia menjadi banyak disalahkan atas keputusannya sebagai Mahapatih Majapahit yang mendahului perintah raja Hayam Wuruk.

Sadar posisinya salah, Gajah Mada lantas memilih tidak aktif lagi sebagai Mahapatih Majapahit. Ia memilih menjadi seorang pertapa sebagai wanaprastha atau menyepi tinggal di hutan yang konon berada di Madakaripura, suatu wilayah di pedalaman Probolinggo selatan atau tepatnya di kaki pegunungan Bromo Semeru.

 BACA JUGA:Suhu Dingin dan Salju Hambat Upaya Pencarian Korban Gempa Turki dan Suriah

Di tempat inilah, terdapat air terjun bernama Madakaripura yang airnya jatuh dari tebing yang tinggi. Di balik air terjun itu, terdapat deretan ceruk dan satu gua yang cukup menjorok ke dalam. Konon Gajah Mada bertapa sampai akhir hayatnya sebagaimana dikisahkan pada "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada" karya Sri Wintala Achmad.

Namun, ada dua versi pendapat bersumber dari karya sastra mengenai akhir hayat sang mahapatih itu. Versi pertama dari Kakawin Nagarakretagama dan kedua versi Kidung Sunda. Menurut Kakawin Nagarakretagama, Gajah Mada meninggal sesudah gering atau menderita sakit.

 BACA JUGA:Sosok Bripda HS, Anggota Densus 88 Pembunuh Sopir Taksi Pernah Terlibat Kasus Judi dan Punya Utang Besar

Pernyataan Kakawin Nagarakretagama sebagaimana terdapat dalam kakawin gubahan dari Mpu Prapanca ini berbunyi "Tersebut pada tahun Saka Angin Delapan Utama (1285), Baginda menuju Simping demi pemindahan candi makam. Sekembalinya dari Simping segera masuk ke pura. Terpaku mendengar Adimenteri Gajah Mada gering. Pernah mencurahkan tenaga untuk keluyuran ke Jawa. Di Pulau Bali serta Kota Sadeng memusnahkan musuh."

Namun menurut Kidung Sunda, bahwa Gajah Mada meninggal tidak didahului dengan sakit, melainkan mati dengan cara moksa atau membebaskan diri dari dunia, sesudah mengetahui akan dibunuh oleh kedua pamannya - Raja Kahuripan dan Raja Daha.

Follow Berita Okezone di Google News

Pernyataan itu tercantum dalam Kidung Sunda, "Tidak berselang lama, maka mangkatlah pula Hayam Wuruk yang merana. Setelah ia diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, maka berundinglah kedua pamannya. Mereka menyalahkan Gajah Mada atas malapetaka ini. Maka mereka ingin menangkap dan membunuhnya. Kemudian bergegaslah mereka datang ke kepatihan. Saat itu, Patih Gajah Mada sadar bahwa waktunya telah tiba"

"Maka beliau mengenakan segala perlengkapan upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu, ia moksa menuju ketiadaan. Maka raja Kahuripan dan Raja Daha yang mirip Siwa dan Buddha berpulang ke negara mereka, karena Majapahit mengingatkan mereka akan peristiwa memilukan yang terjadi"

Perbedaan pendapat dari dua sumber itu menjadi suatu kewajaran mengingat Kakawin Nagarakretagama yang menyatakan Gajah Mada meninggal karena sakit. Karya sastra Nagarakretagama lahir di era Hayam Wuruk yang merupakan gubahan Mpu Prapanca yang sangat menghormati Gajah Mada.

Sementara, amatlah wajar pula ketika Kidung Sunda menyatakan bahwa Gajah Mada mati moksa sesudah mengetahui akan dibunuh oleh Raja Kahuripan dan Raja Daha. Di mana mati moksa Gajah Mada dimaknai oleh Kidung Sunda sebagai bentuk kepecundangannya atas hukuman yang bakal diterimanya sesudah menjadi penyebab timbulnya Perang Bubat.

Namun, perihal faktor penyebab meninggalnya Gajah Mada sampai sekarang belum bisa dipastikan kebenarannya oleh para sejarawan. Dikarenakan tidak ada bukti-bukti sejarah terpercaya yang sangat menguatkan perihal penyebab meninggalnya Gajah Mada.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini