Share

4 Pahlawan yang Gugur Dieksekusi oleh Penjajah, Salah Satunya Oppa Korea

Tim Litbang MPI, MNC Portal · Minggu 05 Februari 2023 07:00 WIB
https: img.okezone.com content 2023 02 04 337 2759056 4-pahlawan-yang-gugur-dieksekusi-oleh-penjajah-salah-satunya-oppa-korea-f3AH8K2GHo.jpg Yang Chil-seong ditangkap penjajah (Foto: Wikipedia)

JAKARTA - Dengan modal semangat, tekad dan keyakinan, para pahlawan bangsa berjuang mengangkat senjata untuk melawan penjajah. Tak sedikit dari mereka harus merasakan penganiayaan, bahkan dihukum eksekusi mati oleh penjajah.

Berikut merupakan pahlawan yang gugur dieksekusi oleh penjajah.

1. Robert Wolter Mongisidi

Robert Wolter Mongisidi merupakan tokoh pahlawan nasional Indonesia sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia. Pria kelahiran 14 Februari 1925 di Kota Manado ini dieksekusi mati pada 5 September 1949. Saat dieksekusi mati, ia menolak untuk menutup mata karena dirinya ingin melihat peluru penjajah menembus dadanya sambil membawa kitab Injil di tangan kirinya, sementara tangan kanannya mengepalkan tinju.

Baca juga: 3 Kriminal yang Dianggap Pahlawan, Ada yang Merampok Demi Penuhi Kebutuhan Janda Miskin

Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar pada 10 November 1950. Saat masih hidup, jiwa patriotismenya membara ketika melihat kekejaman Belanda. Ia menolak kedatangan Belanda bersama pasukan sekutunya NICA saat kembali ingin merebut kemerdekaan Indonesia. Mongisidi bersama pasukannya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) pada 17 Juli 1946 untuk melakukan aksi melecehkan dan menyerang posisi Belanda.

Baca juga: Sulit Dikalahkan Belanda, Pahlawan Untung Surapati Kebal dari Tembakan Peluru VOC

Ia ditangkap oleh sekutu Belanda pada 28 Februari 1947, namun ia berhasil kabur. Belanda kemudian melakukan penangkapan kembali, hingga akhirnya Mongisidi dieksekusi mati.

2. KH Zainal Mustafa

Ulama asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini merupakan salah seorang pejuang yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Semasa hidupnya, KH Zainal Mustafa menumbuhkan rasa semangat rakyat dan para santrinya pada Peristiwa Singaparna untuk melawan penjajah Jepang. Zainal dilahirkan pada 1 Januari 1899 di Sukamanah, Tasikmalaya, Jawa Barat dengan nama lahir Hudaemi. Pada masa kependudukan Belanda dan Jepang, Zainal berusaha mendirikan pesantren walaupun mendapat rintangan karena pembangunan dan perkembangan penjajah.

Follow Berita Okezone di Google News

Penentangan KH Zainal Mustafa terhadap pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia memuncak ketika kebijakan seikerei, yaitu menghormati dan membungkuk kepada matahari, menjadi wajib. Saat Zainal melakukan dakwah pada 25 Februari 1944, ia dipanggil oleh beberapa tentara Jepang.

Dirinya diminta untuk menemui para pejabat pemerintah Jepang di Tasikmalaya. Sore harinya, Zainal ditangkap bersama pengikutnya untuk diadili di Jakarta. Pada akhirnya, KH Zainal Mustafa dieksekusi mati oleh tentara Jepang pada 25 Oktober 1944 dan dikebumikan di Ancol, Jakarta Utara.

3. Mahmud Marzuki

Mahmud Marzuki merupakan pendakwah dan juga pejuang yang melawan penjajah asal Riau. Marzuki meninggal setelah ditangkap dan disiksa oleh tentara Jepang. Marzuki, yang sedang mengadakan rapat bersama pejuang lainnya, ditangkap bersama 12 orang lainnya setelah tempatnya dikepung oleh tentara Jepang.

Di sana mereka disiksa, seperti tidak diberi makan, dipukuli dengan kayu berduri, hingga diikat dan digantung dengan posisi kepala di bawah di dalam sebuah penjara di Pekanbaru. Hingga pada akhirnya, Mahmud Marzuki meninggal dunia akibat disiksa dan dieksekusi oleh tentara Jepang pada 5 Agustus 1945.

4. Komarudin

Komarudin atau Yang Chil-seong merupakan salah satu seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Korea. Pejuang asal Korea itu lahir pada 29 Mei 1919 di Kabupaten Wanju, Provinsi Jeolla. Pada awalnya ia datang ke Bandung untuk melaksanakan tugas sebagai penjaga tahanan tentara pada 1942.

Kemudian ia memutuskan menetap di Indonesia setelah kemerdekaan dan berganti nama menjadi Komarudin. Komarudin masuk ke dalam kelompok Pasukan Pangeran Papak yang dipimpin oleh Mayor Kosasih. Saat Belanda menyerang Garut, pasukannya kalah dalam perang karena memiliki pasukan yang lebih sedikit dari Belanda. Pada 10 Agustus 1949, Komarudin bersama pejuang lainnya dieksekusi di Kerkhoff, Garut. Komarudin gugur dan meninggalkan seorang anak laki-laki.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini