Share

Kala Prajurit Kopassus Dipindah ke Kostrad, Tangisan Pecah dan Tarub Sampai Berlutut

Rifqa Nisyardhana, Okezone · Jum'at 03 Februari 2023 07:32 WIB
https: img.okezone.com content 2023 02 03 337 2758191 kala-prajurit-kopassus-dipindah-ke-kostrad-tangisan-pecah-dan-tarub-sampai-berlutut-8eBJnrsgoj.jpeg Pergantian baret merah ke baret hidup oleh KSAD Letjen TNI Try Sutrisno pada 27 November 1986. (Foto: Buku Kopassus untuk Indonesia)

MENJADI prajurit Kopassus adalah sebuah kebanggaan. Perjuangan untuk menjadi anggota baret merah sungguh berat dilalui. Lantas, bagaimana rasanya ketika sudah masuk harus dipindah?

Kejadiannya sekitar 1980-an. Saat itu banyak terjadi perampingan di tubuh TNI, mulai dari Kodam hingga Kopassus. Salah satu yang terkena dampaknya adalah Brigif 3 Linud Kopassus di Kariango yang dipindah menjadi Brigif Linud 3/Kostrad.

Usaha untuk membatalkan peralihan status itu bukan tak dilakukan. Berbagai argumentasi diberikan untuk mencegah pengurangan prajurit Kopassus, tetapi nyatanya gagal mencegah kebijakan tersebut.

Mengutip buku ‘Kopassus untuk Indonesia’, Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan yang pernah menjabat sebagai komandan pertama Grup 3. Para Komando ini mencoba berargumen dengan Jenderal TNI (Purn), Benny Moerdani dengan pertimbangan bahwa biaya akan semakin boros jika dilakukan perampingan.

Disebabkan dengan jumlah prajurit yang sedikit berarti harus mengadakan latihan yang lebih banyak agar dapat menyamai kekuatan prajurit berjumlah besar.

"Jadi Bapak kalau nggak punya duit, jangan dikecilkan," begitu argumentasinya.

Tentu argumentasi tersebut ditukas tajam oleh Jenderal TNI (Purn) Benny Moerdani yang waktu itu menjabat sebagai Panglima ABRI.

 Baca juga: Danjen Kopassus Ungkap Latihan Tersadis dan Nyaris Merenggut Nyawa, Tidak Ada Militer Negara Lain Berani!

Perampingan organisasi dilakukan dengan cara seleksi kepada seluruh prajurit Kopassus, termasuk dari anggota Brigif 3 lintas udara (Linud) Kopassus. Seleksi dilaksanakan di Sukabumi pada 1986.

Follow Berita Okezone di Google News

Anggota Kopassus kembali menjalani ujian di medan berat untuk diukur kemampuan fisik, mental, dan kecerdasannya. Tes dilakukan satu-satu dan didampingi psikiater. Latihan patroli malam hari juga dilakukan.

Hari pertama hasil masih bagus. Hari kedua mulai ada yang mengantuk. Hari ketiga lebih banyak lagi yang mengantuk dan prajurit Kopassus yang diseleksi diminta tidur sendiri-sendiri.

Mereka diberi tahu akan kembali berangkat pukul 03.00 dini hari. Ada yang bangun, tapi ada juga yang terus tidur sampai seharian. Tes ini untuk mengukur tanggung jawab para prajurit.

Hasilnya, hanya sekitar 2.500 orang yang lulus setelah melewati berbagai tes selama seminggu. Mereka yang lulus tentu saja tetap boleh mengenakan baret merah dan tinggal di Jakarta. Sementara yang tidak lulus ditempatkan dalam kesatuan baret hijau Kostrad.

"Saya rasanya mau menangis, karena banyak orang yang baru masuk Kopassus harus keluar," ucap Sintong kala itu.

Bahkan pergantian baret tersebut juga sempat menimbulkan aksi protes dari mereka yang tidak lolos. Bahkan salah satu bentuk protesnya adalah dengan melepaskan sejumlah tembakan. Ada beberapa prajurit yang kemudian berurusan dengan Polisi Militer akibat aksi protesnya itu.

Upacara pergantian baret dilaksanakan di kesatrian Kariango. Proses itu amat mengharukan. Pada waktu acara timbang terima, semua berdiri mengenakan baret merah. Setelah upacara, semua bergantian menundukkan kepala, mengambil baret hijau dan menggantikan baret merah yang dipakai.

"Saya sedih sekali. Anak-anak buah ini betul-betul saya sayangi. Tetapi, negara mengatakan ini harus dilaksanakan. Ini kan orang orang baik semua," ucap mantan Komandan Kopassus itu lirih.

Kolonel Inf Tarub terpilih menjadi komandan pertama Brigif Linud 3/Kostrad di Kariango. Ia pun mengakui reorganisasi Kopassus adalah peristiwa yang tidak mudah. la mengingat bagaimana dirinya terus memberikan semangat kepada prajurit Kopassus yang beralih menjadi anggota Kostrad.

"Memang nggak gampang untuk jaga semangat mereka. Saya meyakinkan mereka bahwa walau pun sekarang jadi Kostrad, tetapi tetap Kopassus. Tidak kenal menyerah, jiwa korsa. Tidak ada bedanya dengan Cijantung. Pokoknya saya kuatkan mereka," cerita Letjen TNI (Purn) Tarub saat menguatkan anak buahnya dulu.

Dengan menjadi komandan Brigif Linud 3/ Kostrad, Tarub juga mengikuti prosesi pergantian baret. Lulusan Akmil 1965 ini meminta izin kepada Try Sutrisno, untuk berlutut ketika baret merahnya diganti menjadi baret hijau.

"Waktu baret merah saya diambil diganti baret hijau, saya berlutut. Saya minta ke Pak Try bahwa dulu saya terima baret merah dengan berlutut di Pantai Selatan. Jadi ini kalau dilepas, saya maunya sambil berlutut juga," ujar Tarub.

Try Sutrisno menyetujui permintaan Tarub. Mantan Komandan Kopassus itu juga mengenang kepedihannya saat prosesi pergantian baret di Kariango.

"Banyak yang menangis. Luar biasa. Saya bilang, baret itu nggak masalah, yang penting ada di sini (menunjuk dada). Bagaimana semangat jiwa kita di situ, kita semangat, kita Kopassus. Selalu saya semangati mereka. Saya buat jargon-jargon, Kokoh seperti Batu Karang, misalnya," urai Tarub.

Saat menjadi komandan Brigif Linud 3/Kostrad, Tarub terus menggali semangat dan membangun kebanggaan anak buahnya yang tak lagi menjadi personel Kopassus dengan pembinaan melalui sarana olahraga, seperti sepak bola dan voli.

Tarub ingin membuat anak buahnya tetap gembira dengan menyalurkan energi pada hal hal positif.

"Sepak bolanya jadi bagus, itu lawannya tim Makassar. Volinya juga tim Makassar. Pokoknya kamu latihan, kalahkan mereka, itu perintah saya. Jadi itu jadi motivasi, semangat mereka. Pokoknya saya buat gembira aja semua. Satu nasib, sepenanggungan," ujarnya.

1
3
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini