DALAMÂ Operasi Dwikora di awal tahun 1960, Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang saat itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) sempat berduel dengan pasukan Gurkha. Pertempuran tersebut terjadi di hutan pedalaman Kalimantan.
Gurkha bukan pasukan sembarangan. Tentara bayaran asal Nepal itu terkenal sadis dan tak kenal rasa takut.
Mantan Komandan Batalyon 21 Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Solo Kolonel (Inf) Muhammad Aidi mengatakan anyak cerita tentang keberhasilan RPKAD dalam memukul mundur pasukan Gurkha kembali ke perbatasan Malaysia.
Sejumlah tetua adat Dayak Iban menceritakan kisah-kisah heroik pasukan RPKAD yang kala itu dapat membuat pasukan Gurkha lari tunggang langgang.
Aidi mengatakan, para tetua adat yang saat itu masih belia ikut terjun membantu Pasukan Baret Merah dalam mencari jejak dan memandu pasukan memasuki perbatasan Malaysia.
 Baca juga: 4 Operasi Kopassus, Termasuk Bebaskan Sandera dari Pembajakan Pesawat
Salah satu yang diceritakan tetua Suku Dayak Iban di Kalimantan adalah keterkejutan Gurkha ketika menghadapi serangan tiba-tiba dari RPKAD yang muncul dari semak-semak dan pohon. Padahal saat itu banyak pasukan Gurkha yang dikerahkan.
Namun, karena kerja sama yang dilakukan RPKAD dengan warga Suku Dayak Iban, pasukan Gurkha dapat dipukul mundur.
Sebagai informasi, operasi Dwikora dipicu rencana Federasi Malaysia menggabungkan Brunei, Sabah, dan Sarawak pada 1961. Tindakan itu mengakibatkan serangkaian pertempuran untuk mempertahankan tanah masing-masing.
Indonesia menolak gagasan ini karena Presiden Soekarno beranggapan Federasi Malaysia merupakan bentuk neokolonialisme.
Follow Berita Okezone di Google News