JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyoroti kapasitas sistem drainase di wilayah DKI Jakarta. Mengingat, kejadian bencana hidrometeorologi basah seperti banjir tidak akan lepas dari faktor kemampuan kapasitas sistem drainase.
Ditambah lagi, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia memasuki puncak musim hujan hingga awal Maret 2023 mendatang. Namun, kapasitas sistem drainase itu akan mengalami degradasi seiring dengan jumlah populasi di suatu wilayah.
“Yang namanya bencana hidrometeorologi basah pasti tidak lepas dari faktor populasi dimana populasi cukup tinggi pasti disitu bencana hidrometeorologi basah cukup dominan, karena keterbatasan kemampuan dari saluran drainase primer sekunder tersier kita itu biasanya dengan populasi itu mengalami degradasi,” kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari saat Konferensi Pers secara virtual, Senin (30/1/2023).
 BACA JUGA: Puncak Musim Hujan hingga Awal Maret 2023, BNPB: Waspada Bencana Hidrometeorologi
Apalagi, kata Aam sapaan akrab Abdul Muhari mengatakan kemampuan drainase di Jakarta yang dibuat pada periode 1960-an saat itu dengan populasi yang tidak lebih dari 10 juta. “Artinya kalau bicara kemampuan atau kapabilitas drainase, Jakarta misalkan mungkin pada saat drainase Jakarta dibuat pada periode 1960-an lalu pada saat itu mungkin populasi kita tidak lebih dari 10 juta.”
“Namun sekarang sangat jauh, artinya kemampuan drainase ini dibanding populasi itu mungkin perbandingan sudah tidak mencukupi untuk menampung beban populasi ini,” kata Aam.
 BACA JUGA: Banjir di Manado, BNPB: 420 Rumah Warga Rusak Berat
Follow Berita Okezone di Google News