Share

5 Fakta Cuaca Ekstrem Kembali Melanda, Sampai Kapan?

Tim Okezone, Okezone · Minggu 29 Januari 2023 07:20 WIB
https: img.okezone.com content 2023 01 28 337 2754904 5-fakta-cuaca-ekstrem-kembali-melanda-sampai-kapan-2Gq3qcWXyh.jpg Ilustrasi/ Doc: Antara

JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi hujan lebat, awan cumulonimbus (cb), hingga gelombang tinggi sepekan ke depan.

Apa penyebabnya? Berikut fakta-fakta cuaca ekstrem yang akan melanda Indonesia.

 BACA JUGA:Fenomena MJO, BMKG: Waspada Hujan Lebat, Awan Cumulonimbus, hingga Gelombang Tinggi

1. Dipicu fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO)

 

Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto mengatakan bahwa, potensi hujan lebat, awan cumulonimbus (cb), hingga gelombang tinggi sepekan ke depan dipicu oleh fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang mulai aktif.

“BMKG melakukan pemantauan perkembangan dinamika atmosfer, di mana saat ini termonitor fenomena MJO diprediksikan mulai aktif kembali di wilayah Indonesia bagian barat,” ungkap Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto dalam keterangan resminya, Sabtu (28/1/2023).

 BACA JUGA:Periskop 2023: Ambisi Indonesia Memperbarui Alutsista Demi Sejajar dengan Kekuatan Militer Dunia

Diketahui, MJO merupakan aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.

2. Adanya Monsun Asia

Guswanto juga mengatakan, selain itu BMKG juga mendeteksi adanya Monsun Asia masih cukup aktif dengan identifikasi terdapat aliran lintas ekuator, kemudian perlambatan angin dan belokan angin juga terbentuk di sekitar wilayah Indonesia.

Saat ini, kata Guswanto, juga teramati Bibit siklon Tropis bibit 94S di Samudera Hindia sebelah barat daya Lampung dengan kecepatan angin maksimum 37 km/jam dan tekanan udara minimum 1005.0 mb dan bibit siklon tropis 90B yang teramati di Samudera Hindia sebelah barat Aceh dengan kecepatan angin maksimum 37 km/jam, tekanan udara minimum 1006.0 mb.

“Potensi kedua bibit siklon tropis tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada dalam kategori Rendah. Kondisi tersebut dapat berkontribusi meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca signifikan dalam sepekan ke depan,” katanya.

3. Warga diimbau waspada

Oleh karena itu, Guswanto meminta agar waspada terhadap dampak yang ditimbulkan yakni potensi hujan sedang hingga lebat sepekan kedepan terutama di 24 provinsi di Indonesia hingga 2 Februari 2023.

“Kemudian awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL/Occasional) Tanggal 28 Januari hingga 3 Februari 2023. Serta potensi gelombang laut tinggi di wilayah perairan Indonesia pada tanggal 28 Januari hingga 1 Februari 2023,” tandasnya.

Follow Berita Okezone di Google News

4. Akan ada kemarau yang lebih kering

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita mengatakan, musim kemarau di 2023 ini diprakirakan akan lebih kering dibanding tiga tahun terakhir. Namun, musim kemarau sekarang tidak akan seperti saat 2015 dan 2016.

"Musim kemaraunya 50 persen berpotensi normal. Namun, karena tiga tahun berturut-turut ini basah, sehingga dikhawatirkan, kita terbiasa kemarau basah, lalu tiba-tiba kembali seperti kemarau lazimnya. Jadi terjadi lebih kering. Karena kemarau tiga tahun berturut-turut itu masih hujan. Istilahnya lebih kering dari tiga tahun terakhir," kata Dwikorita saat jumpa pers, Jumat (27/1/2023).

5. Akan ada badai El Nino

BMKG memperkirakan, pada tahun ini juga akan terjadi fenomena El Nino. Namun potensi itu hanya di angka 50%.

"Ada peluang 50 persen El Nino. Artinya ada aliran masa udara basah dari wilayah Indonesia ke Samudera Pasifik. Artinya, di wilayah Indonesia Ini, kekurangan masa udara basah. Yang artinya berkurangnya curah hujan," jelas dia.

"Jadi bukan kekeringan seperti 2015-2016. Tahun 2015-2016 kan kekeringan karena El Nino nya sejak awal tahun, jadi panjang. Kalau ini relatif lebih pendek, hanya Juni, Juli, Agustus. Kemungkinan berlanjut sampai September. Kurang lebihnya seperti (kemarau) 2018," lanjutnya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini