JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa dirinya sempat mendapat tekanan untuk melakukan lock down pada saat awal pandemi covid-19. Tekanan itu dia dapatkan bukan hanya dari menterinya, tapi dari DPR dan juga partai politik (Parpol).
Hal itu disampaikan Jokowi dalam sambutannya pada Rapat Koordinasi Nasional Transisi Penanganan Covid dan Pemulihan Ekonomi Nasional hari ini, Kamis (26/1/2023).
 BACA JUGA: Ketika Jokowi Bercerita Bingungnya WHO saat Pertama Pandemi Covid-19
"Pada saat memutuskan lock down atau enggak lock down, rapat menteri 80% 'pak lock down karena semua negara melakukan itu'. Gak dari DPR gak dari partai semuanya (minta) lock down," kata Jokowi dalam sambutannya.
Jokowi mengatakan, jika pada saat itu dirinya juga tidak kuat dan menerima tekanan tersebut, maka keputusan yang diambil bisa keliru.
 BACA JUGA:Staycation Februari di Hotel 88 Mangga Besar Banyak Promonya
"Tekanan-tekanan seperti itu pada saat mengalami krisis dan kita tidak jernih kita tergesa-gesa kita grusak-grusuk bisa salah bisa keliru," kata Jokowi.
Jokowi menjelaskan bahwa, jika pada saat itu dirinya memerintahkan untuk lock down maka dampaknya akan dirasakan oleh rakyat. Dan, katanya, bisa menimbulkan kerusuhan.
"Coba saat itu misalnya kita putuskan lock down itungan saya dalam 2 atau 3 minggu rakyat sudah enggak bisa, enggak memiliki peluang kecil untuk mencari nafkah semuanya ditutup. Negara tidak bisa memberikan bantuan kepada rakyat, apa yang terjadi rakyat pasti rusuh itu yang kita hitung. Sehingga kita putuskan saat itu tidak lock down," jelasnya.
Follow Berita Okezone di Google News