JAKARTA- Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI (Purn) Doni Monardo menerima silaturahmi Dan Paspampres, Marsekal Muda TNI Wahyu Hidayat Soedjatmiko, Wadan Paspampres Brigjen TNI (Mar) Oni Junianto, beserta jajaran di Aula Soerjadi, Gedung PPAD Jl. Matraman Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
(Baca juga: Jiwa Korsa! Jenderal Kopassus Doni Monardo Kecam Penusukan Kolonel Sugeng Waras)
Diketahui, Marsda Wahyu merupakan Dan Paspampres ke-27, yang menjabat sejak 26 Juni 2022. Sedangkan, Doni Monardo adalah Dan Paspampres ke-20 yang menjabat tahun 2012 – 2014. Namun siapa sangka, antara Doni Monardo, Wahyu Hidayat, dan Oni Junianto, mempunyai kisah unik saat masih sama-sama di Paspampres.
“Mungkin ini yang disebut takdir. Wahyu dan Oni dulu pernah menjadi anggota saya di Paspampres. Tahun 2014,” ujar Doni dikutip, Kamis (26/1/2023).
“Mereka saya beri tugas sebagai Komandan dan Wakil Komandan Satgas Presiden tahun 2014. Wahyu komandan, Oni wakil komandan. Siapa sangka, saat ini, atau sembilan tahun kemudian, mereka kembali berduet,” tambah jenderal yang malang melintang di Korps Baret Merah Kopassus ini.
Sementara itu, Marsda Wahyu mengaku pertama mengenal Letjen (Purn) Doni Monardo sejak tahun 2010 di Paspampres.
“Saat itu pak Doni Dan Grup A, saya komandan detasemen 3. Tapi sebelum ditugaskan ke Paspampres, nama pak Doni sudah sangat terkenal. Terkenal keras,” kata Wahyu sambil tertawa ringan.
Setelah mengenal lebih dekat, Wahyu mulai merasakan kerasnya Doni Monardo saat bertugas di Paspampres.
“Awalnya memang kaget-kaget. Sentilan Doni pertama yang saya rasakan soal jenggot, karena lupa cukur. Wah, beliau orangnya perfect dan teliti sekali,” tambahnya.
Namun kini semua kenangan itu terukir menjadi prasasti indah. “Banyak ilmu beliau yang ketika saya kembali ke satuan Paskhas AU, saya terapkan,” ujarnya.
Salah satu kenangan awal tugas di bawah komando Doni Monardo adalah soal Pembinaan Satuan (Binsat) Personil.
“Suatu ketika beliau mengajak kami berenang. Kami pikir yaaa main air biasa, nggak taunya disuruh renang 500 meter. Kesempatan lain, beliau mengajak kembali ke kolam renang. Kami sudah siap renang 500 meter, tak taunya disuruh menyelam,” ujar Wahyu.
Dia melanjutkan, teladan lain yang ia catat dan tiru dari Doni Monardo adalah soal kesejahteraan prajurit namun bukan semata-mata soal materi.
“Ambil contoh soal cuti. Dulu, tugas di Paspampres jangan mimpi cuti. Tapi beliau memberikan hak cuti kepada prajuritnya. Hanya saja, cuti harus diatur, tidak semau-maunya. Kecuali kalau acara teragenda seperti mau mantu atau nyunatin anak, itu bisa request. Saya merasakan, kebijakan itu sangat membahagiakan prajurit,” bebernya.
Setahun kemudian, Doni pindah tugas menjadi Danrem Surya Kencana, Bogor. Sementara Wahyu masih bertahan di Paspampres. Beberapa waktu kemudian, Wahyu kembali ke Paskhas menjadi Asops sementara Doni Monardo sudah menjabat Komandan Paspampres, Wahyu menjabat Komandan Grup A. Sebelum pindah, Doni Monardo memanggil dan memberi perintah, “Wahyu, kamu jangan pindah dulu. Saya kasih tugas Dan Satgas Presiden,” ujarnya, menirukan perintah komandannya.
Saat itu, masa transisi dari Presiden SBY ke Presiden Joko Widodo. Penugasan itulah yang menurutnya dinilai sebagai “jalan lurus” menuju karier selanjutnya, hingga akhirnya dipercaya menjadi Komandan Pasukan Baret Biru Muda, penjaga simbol negara.
Basah Keringat
Momen terpenting di pengujung tugas Wahyu sebagai Dan Satgas Presiden waktu itu adalah kirab usai prosesi pelantikan presiden di Gedung DPR-MPR RI Senayan menuju Istana Negara. Hari itu, Senin tanggal 20 Oktober 2014 pagi.
Acara pelantikan selesai pukul 11.00 WIB, dilanjutkan ramah-tamah dengan Duta Besar negara sahabat hingga pukul 12.00. Setelah itu, kirab pun dimulai. Agendanya, presiden dan wakil presiden meninggalkan Gedung DPR-MPR menuju bundaran HI. Dari bundaran HI, perjalanan ke istana dilanjutkan dengan kereta kuda.
Namun yang terjadi, tidak semudah itu. Massa sudah menyemut di sekitar Jembatan Semanggi. Iring-iringan mobil kepresidenan pun tak mampu membelah lautan manusia. Mobil kepresidenan berjalan lambat. Wahyu melompat turun dan berjaga di pintu kiri-kanan mobil RI-1.
Saat itu, ia perkirakan pukul 12.20. Matahari menyengat sejadi-jadinya. Sementara, Wahyu, Maruli, Doni Monardo, dan pasukan pengamanan presiden lain berbusana formil, lengkap dengan jas, dasi, dan sepatu pantofel.
Dengan balutan busana lengkap itu, keringat mulai bercucuran. Ia harus sigap menghalau tangan massa yang menerobos jendela mobil hendak menyalami tangan Presiden Jokowi. Di tengah suasana terik, berjalan kaki mendampingi laju lambat mobil kepresidenan dengan kewaspadaan penuh.
Terasa semakin berat, manakala situasi itu sama sekali di luar perhitungan. Sebab, scenario pengamanan berlapis telah disusun mulai dari bundaran HI ke Istana. “Jadi, dari Semanggi ke Bundaran HI sangat di luar perkiraan. Tenggorokan kering. Ludah terasa getir,” tutur Wahyu.
Beruntung, ajudan Presiden Jokowi yang pertama adalah teman satu angkatan Wahyu. Segera ia berinisiatif memberinya sebotol air mineral.
Jaga Komunikasi
Doni Monardo pun sertijab Dan Paspampres kepada penggantinya Mayjen TNI Andika Perkasa. Selanjutnya, Doni mengemban tugas sebagai Danjen Kopassus. Sekalipun begitu, komunikasi antara Doni dan Wahyu tak pernah putus.
"Beliau orang pertama yang menelepon dan mengucapkan selamat ketika saya dilantik menjadi Dan Paspampres, 27 Juni 2022. Menjelang KTT G-20 di Bali beberapa waktu lalu, pak Doni juga telepon saya, memberi saran-arahan terkait pengamanan 43 kepala negara. Beliau sangat care dengan Paspampres,” ujarnya.
Kenangan Korea
Kesaksian Wadan Paspampres, Brigjen TNI (Mar) Oni Junianto juga tak kalah menarik. Ia ternyata sudah merasakan gemblengan Doni Monardo sejak tahun 2004, saat Doni menjabat Waasops Dan Paspampres (2004 – 2006). “Waktu itu beliau pangkat letkol saya kapten,” ujar Oni membuka kisah.
Saat itu, ia merasakan perubahan mendasar di tubuh Paspampres. Doni meletakkan dasar profesionalisme pada prajurit pengamanan presiden. Intensitas latihan ditingkatkan. Perlengkapan pun di-up-grade.
Tiba satu masa, Paspampres menyiapkan satu tim untuk mengikuti Pendidikan di Pasukan Khusus Korea Selatan, yang disebut Satuan 707. Semacam Satgultor (satuan penanggulangan teroris) kalau di Kopassus.
Saat itu, jumlah pasukan Paspampres yang diberangkatkan ke Korea tercatat 15 orang. Doni Monardo paling senior.
“Yang saya kagumi, beliau istilahnya tidak ‘mantul’ alias makan tulang, enak-enakan karena paling senior. Tidak. Pak Doni mengikuti semua tahapan latihan bersama kami. Betul-betul totalitas,” kenangnya.
Sebelum latihan, Oni merasakan pelatih satuan 707 Korea sedikit under-estimated. Akan tetapi, Doni Monardo mengatakan, bahwa pasukan yang ia bawa berada pada level 8. Pelatih Korea sempat kaget dengan statement Doni yang diucapkan dengan sangat percaya diri.
Namnun faktanya, semua prajurit Paspampres yang berlatih di sana, bisa mengikuti semua tahapan latihan. Latihan menembak, mampu. Kesamaptaan, tidak kalah. Fisik, prima. Sejak itu, pelatih Korea mulai percaya dan respek.
Follow Berita Okezone di Google News