JAKARTA - Aksi kekerasan remaja di jalanan Yogyakarta atau yang dikenal dengan istilah klitih, cukup menjadi perhatian pemerintah, aparat penegak hukum dan juga masyarkat sepanjang tahun 2022 lalu. Bakal calon legislatif (Bacaleg) DPRD Yogyakarta dari Partai Perindo Fourista Handayanto pun mengungkap asal mula fenomena tersebut.
Pria yang akrab disapa Tato ini menjelaskan bahwa fenomena ini awalnya positif, yakni waktu yang digunakan warga Yogya untuk mengisi waktu sambil santai, sama halnya seperti ngabuburit yang dilakukan warga Jawa Barat (Jabar) saat Ramadhan.
 BACA JUGA:Akibat Angin Kencang, Pohon Kedondong Setinggi 10 Meter Roboh Menimpa Rumah di Cakung
"Jadi kita telaah dari arti kata klitih dulu ya, dari sosiolog kriminal Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yaitu Drs. Suprapto, klitih itu diambil dari kata klatah-klitih yaitu mengisi waktu sambil santai. Sebenarnya makna positifnya ya, mungkin di Jawa Barat pada saat bulan Ramadan itu ada istilah ngabuburit ya," kata Tato dalam Podcast Aksi Nyata Partai Perindo yang berjudul "Fenomena Klitih di Yogyakarta, Mengapa Bisa Terjadi" yang disiarkan secara daring, Minggu (22/1/2023).
Tato menceritakan, sebenarnya dulu di Yogyakarta ada juga sebuah pasar yang menjual barang-barang bekas atau barang loak, namanya Pasar Klitihan atau Pasal Klithikan yang terletak di jalan Mangkubumi, dari mulai Tugu Jogjakarta sampai dengan stasiun kereta Jogjakarta. Dan kebanyakan warga Yogya menghabiskan waktunya di pasar tersebut
 BACA JUGA:Perempuan Muda Dikeroyok di Kemang, Polisi Periksa Saksi dan CCTV
"Warga Yogja itu kebanyakan membuang waktu di pasar, perkiraan itu ketika sore menjelang malam, sekarang pasar Klitihan itu sudah dipindah ke daerah. Jadi asal muasalnya seperti itu, jadi untuk mengisi waktu aja sih sebenarnya dari arti kata klitih itu," terangnya.
Menurut lulusan Ilmu Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta ini, fenomena klitih itu juga sebenarnya terjadi sejak tahun 1990. Asal muasal klitih menjadi kegiatan yang negatif itu kalau melihat kembali pada tahun era 90-an itu karena adanya geng-geng remaja, seperti geng bernama Joksin dan Qzruh. Fenomena klitih ini dulu lebih kepada pertikaian antar geng remaja.
"Cuman ketika di tahun 2016 sasarannya bukan pertikaian antar geng tetapi lebih kepada orang umum, masyarakat umum. Nah itu yang sekarang itu menjadi sorotan untuk kita semua, jadi random, jadi tidak apapun ada mereka sekumpulan nih naik motor, ya kumpulan terus kemudian lewat di sebuah jalan di depannya kemudian ada motor lain pengendara lain, nah mereka anggap menghalangi jalan mereka, itu langsung diini, dianiaya," ungkap Tato.
Baca Juga: Ketahui Kerugian Membeli Mobil Bekas Banjir
Follow Berita Okezone di Google News