Share

Bacaleg Perindo Ungkap Asal Mula Fenomena Klitih yang Meresahkan di Yogyakarta

Kiswondari, MNC Portal · Minggu 22 Januari 2023 19:00 WIB
https: img.okezone.com content 2023 01 22 337 2751064 bacaleg-perindo-ungkap-asal-mula-fenomena-klitih-yang-meresahkan-di-yogyakarta-e0mTX7w4vL.jpg Bacaleg Perindo Fourista Handayanto/Foto: Kiswondari

JAKARTA - Aksi kekerasan remaja di jalanan Yogyakarta atau yang dikenal dengan istilah klitih, cukup menjadi perhatian pemerintah, aparat penegak hukum dan juga masyarkat sepanjang tahun 2022 lalu. Bakal calon legislatif (Bacaleg) DPRD Yogyakarta dari Partai Perindo Fourista Handayanto pun mengungkap asal mula fenomena tersebut.

Pria yang akrab disapa Tato ini menjelaskan bahwa fenomena ini awalnya positif, yakni waktu yang digunakan warga Yogya untuk mengisi waktu sambil santai, sama halnya seperti ngabuburit yang dilakukan warga Jawa Barat (Jabar) saat Ramadhan.

 BACA JUGA:Akibat Angin Kencang, Pohon Kedondong Setinggi 10 Meter Roboh Menimpa Rumah di Cakung

"Jadi kita telaah dari arti kata klitih dulu ya, dari sosiolog kriminal Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yaitu Drs. Suprapto, klitih itu diambil dari kata klatah-klitih yaitu mengisi waktu sambil santai. Sebenarnya makna positifnya ya, mungkin di Jawa Barat pada saat bulan Ramadan itu ada istilah ngabuburit ya," kata Tato dalam Podcast Aksi Nyata Partai Perindo yang berjudul "Fenomena Klitih di Yogyakarta, Mengapa Bisa Terjadi" yang disiarkan secara daring, Minggu (22/1/2023).

Tato menceritakan, sebenarnya dulu di Yogyakarta ada juga sebuah pasar yang menjual barang-barang bekas atau barang loak, namanya Pasar Klitihan atau Pasal Klithikan yang terletak di jalan Mangkubumi, dari mulai Tugu Jogjakarta sampai dengan stasiun kereta Jogjakarta. Dan kebanyakan warga Yogya menghabiskan waktunya di pasar tersebut

 BACA JUGA:Perempuan Muda Dikeroyok di Kemang, Polisi Periksa Saksi dan CCTV

"Warga Yogja itu kebanyakan membuang waktu di pasar, perkiraan itu ketika sore menjelang malam, sekarang pasar Klitihan itu sudah dipindah ke daerah. Jadi asal muasalnya seperti itu, jadi untuk mengisi waktu aja sih sebenarnya dari arti kata klitih itu," terangnya.

Menurut lulusan Ilmu Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta ini, fenomena klitih itu juga sebenarnya terjadi sejak tahun 1990. Asal muasal klitih menjadi kegiatan yang negatif itu kalau melihat kembali pada tahun era 90-an itu karena adanya geng-geng remaja, seperti geng bernama Joksin dan Qzruh. Fenomena klitih ini dulu lebih kepada pertikaian antar geng remaja.

"Cuman ketika di tahun 2016 sasarannya bukan pertikaian antar geng tetapi lebih kepada orang umum, masyarakat umum. Nah itu yang sekarang itu menjadi sorotan untuk kita semua, jadi random, jadi tidak apapun ada mereka sekumpulan nih naik motor, ya kumpulan terus kemudian lewat di sebuah jalan di depannya kemudian ada motor lain pengendara lain, nah mereka anggap menghalangi jalan mereka, itu langsung diini, dianiaya," ungkap Tato.

Baca Juga: Ketahui Kerugian Membeli Mobil Bekas Banjir

Follow Berita Okezone di Google News

Soal kenapa muncul fenomena Klitih, Tato menjelaskan, ada beberapa faktor penyebabnya, yang salah satu paling utama adalah lingkungan dan keluarga. Jadi kebanyakan, anak-anak yang suntuk di dalam keluarganya akhirnya mereka mencari-cari kegiatan, karena di rumahnya merasa tidak nyaman. Jadi mereka mencari kegiatan di luar akhirnya berkumpul dengan teman-temannya, yang akhirnya bisa bersifat positif dan juga negatif.

"Yang positif itu kalau misalkan mereka tugas belajar, nah yang negatifnya adalah ketika mereka berkumpul terus kemudian menggunakan seperti narkoba atau minum-minuman keras," ungkapnya.

Dari efek negatif itu, sambung Tato, saat keadaan anak-anak itu di bawah pengaruh alkohol dan narkoba, akhirnya mereka berkumpul jalan dengan menggunakan sepeda motor, kemudian secara sembarangan mencari korban dam membawa senjata tajam. Klitih ini tidak mengambil barang melainkan menyakiti orang lain secara acak, demi eksistensi dirinya di kelompok mereka.

"Nah dari hasil analisa pun juga bahwa mereka melakukan hal itu sebenarnya untuk mencari eksistensi gitu. Jadi ketika mereka berhasil melukai orang, banyak orang, mereka bangga dan menjadi di kelompoknya itu semakin naik kelas istilahnya gitu, bisa semakin berkembang ini, ya gengsi-gengsian ya," tandasnya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini