JAKARTA - Presiden ke-1 Republik Indonesia, Soekarno memiliki guru spiritual. Setidaknya ada empat guru spiritual yang jarang diketahui orang.
Berikut daftarnya:
1. Datuk Mujib
Ia merupakan ulama asal Betawi keturunan Raja Bone, Sulawesi Selatan. Dibagikan akun @adiyusman3625, Datuk Mujib lahir 1870 silam.
Datuk Mujib dianggap sebagai guru spiritual yang paling kramat oleh Bung Karno. Ia juga dikenal banyak karomah, alim dan memiliki banyak pengetahuan agama.
Salah satu karomahnya bisa menghentikan hujan yang sedang turun. BACA JUGA:Kisah Bung Karno, Kalau Tak Jadi Presiden Pilih Jadi Pelukis
Selain itu, konon tongkat komando yang dipegang Bung Karno merupakan pemberian Datuk Mujib. Tongkat komando itu disebut berisi jin muslim yang bertugas melindungi Bung Karno.
2. KH Muhammad Yusuf
Sering disebut dengan Mong Usuf. Ia lahir di Jakarta Pusat 1873 silam.
Mong Usuf sempat menjadi buronan belanda karena mengambil barang milik Belanda untuk diberikan kepada rakyat miskin.
3. Sosrokartono
Guru spiritual Bung Karno yang disebut Maulwi Saelan. Sosrokartono yang lahir di Mayong, Jepara, Jawa Tengah 10 April 1887 adalah kakak kandung Raden Ajeng Kartini.
BACA JUGA:Kisah Bung Karno Menyamar ke Pasar Senen, Ketahuan Lalu Diserbu Ribuan Massa
Follow Berita Okezone di Google News
Ia lulusan Universitas Leiden Belanda tahun 1908 Jurusan Sastra Timur. Sebagai murid terpandai Prof Dr. H Kern Leiden, Sosrokartono menguasai 37 bahasa, dan karenanya ia disanjung sebagai manusia jenius.
Kaum intelektual Barat yang terpesona menjulukinya De Javanese Prince (Sang Pangeran Jawa) dan De Mooie Sos.
Saat Perang Dunia I pecah (1914-1918), Sosrokartono yang berada di Eropa menjadi jurnalis koran The New York Herald terbitan New York. Keberadaanya diterima banyak kalangan.
Ia juga pernah menjadi juru bahasa untuk Sekutu (1918) di Jenewa, dan kemudian pindah ke Perancis menjadi mahasiswa pendengar di Universitas Sorbonne, jurusan psikometri dan psikotekhnik.
Sosrokartono juga sempat menjadi Pegawai Tinggi Atase Kedutaan Besar Perancis di Den Haag tahun 1921. Selama 29 tahun melanglang di Eropa, yakni sejak 1897, ia kemudian pulang ke Indonesia.
Soskrokartono sejak tahun 1927 menempati rumahnya di Bandung, Jawa Barat. Ia menjalani fase kehidupan sebagai pendidik bersama Ki Hajar Dewantara dan kemudian lebih dikenal sebagai ahli kebatinan.
Cinta Sosrokartono kepada Nusantara, khususnya Jawa begitu besar. Ajarannya terkenal dengan mengoptimalkan indera rasa, mengasah rasa baik jasmani maupun rohani. Pada tahun 1899 Sosrokartono pernah berpidato bahasa Belanda dalam sebuah acara Kongres Bahasa di Gent, Belgia.
“Saya akan menyatakan sebagai musuh kepada siapa saja yang akan merobah Bangsa Jawa (Indonesia) menjadi Orang Eropa. Selama matahari dan bintang masih bersinar, saya akan melawan mereka itu!”. Sosrokartono di tahun 40-an pernah meramalkan, bahwa dengan dibukanya Terusan Suez yang banyak memakan korban, Asia dan Afrika akan bersatu padu di Bandung Jawa Barat.
4. HOS Cokroaminoto
HOS Cokroaminoto merupakan seorang pahlawan nasional yang dijuluki Bapak Bangsa sekaligus pemimpin Sarekat Islam (SI). Ia memimpin SI sejak 1914 hingga akhir hayatnya.
SI sempat menjadi salah satu organisasi massa terbesar dalam sejarah pergerakan nasional di bawah kendali HOS Cokroaminoto.
Cokroaminoto juga merupakan guru, dalam kiprahnya sebagai guru, ia mampu menghasilkan murid yang menjadi tokoh-tokoh berpengaruh bangsa yang tinggal di rumahnya. Seperti Sukarno presiden pertama Indonesia, Semaoen, Musso, hingga Maridjan Kartosoewirjo. Maka, tidaklah berlebihan jika Cokroaminoto mendapat gelar Bapaknya Bapak Bangsa.
Bukan hanya itu, Sukarno disebut meniru HOS Tjokroaminoto dalam berpenampilan. Salah satu yang Soekarno tiru ialah mengenakan kopiah seperti Tjokroaminoto.
Padahal, sebelumnya Soekarno gemar mengenakan blangkon. Setelah itu, kopiah tak lagi menjadi identitas kalangan santri tapi sudah menjadi pakaian nasional.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.