Share

Blunder Pemerintahan Prabu Nilakendra Bikin Huru Hara Kerajaan Pajajaran

Avirista Midaada, Okezone · Jum'at 30 Desember 2022 05:35 WIB
https: img.okezone.com content 2022 12 30 337 2736899 blunder-pemerintahan-prabu-nilakendra-bikin-huru-hara-kerajaan-pajajaran-QEGjTRDGq4.png Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

KEAMANAN Kerajaan Pajajaran mulai melemah saat Prabu Nilakendra naik tahta. Padahal raja sebelumnya Ratu Sakti terkenal amat memperhatikan keamanan dan kestabilan internal wilayah kerajan.

Keamanan tak terjaga meski di masa Nilakendra ini Pajajaran mulai membangun sejumlah infrastruktur secara fisik demi menarik pandangan mata.

Sejumlah taman di depan keraton dibangun, tak ketinggalan keraton juga direkonstruksi ulang dengan memiliki tiang 17 buah. Tembok - tembok istana dengan ukiran bermacam-macam juga berdiri.

Tetapi sebagaimana buku "Hitam Putih Pajajaran : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" dari Fery Taufiq El Jaquenne, pembangunan fisik yang dilakukan Nilakendra tak diimbangi dengan pembangunan spiritual dan kepastian keamanan.

Baca juga:  Enam Pelabuhan Topang Perekonomian Kerajaan Pajajaran

Padahal jika ia belajar dari sejarah, seharusnya Nilakendra tahu bahwa Pajajaran mengalami kemerosotan signifikan, salah satunya karena faktor keamanan. Pasca Prabu Siliwangi memerintah, wilayah Pajajaran semakin sering diganggu keamanannya oleh musuh.

Bahkan di masa zaman Nilakendra, musuh - musuh sudah mulai mendekat ke dalam keraton. Masyarakat Sunda sudah banyak yang membangkang, mulai pemerintahan, pemuka agama, hingga raja mereka di daerah kekuasaan Pajajaran. 

Parahnya di masa Nilakendra, Pakuan tidak memperhatikan lagi keadaan masyarakat. Prinsip ‘nyatu tampa ponyo, nginum twak tamba hanaang’ atau ‘makan sekedar lapar, minum menghilangkan dahaga’ sudah tidak lagi ada. Namun justru yang terjdai adalah ‘wong huma darpa mamangan, Tan igar yan yan pepelekan’ yang berarti ‘para petani merasa kurang makanan, tidak merasa senang bila tidak bertanam sesuatu’.

Di masa pemerintahan Nilakendra, ditemukan banyak rakyat mulai frustasi. Mereka takut sewaktu-waktu ada musuh datang menyerang, sedangkan kerajaan tidak pernah memperhatikan keadaan rakyat. Sejauh ini yang diperhatikan pihak keraton hanya masalah Cirebon dan Banten.

Padahal selain itu, banyak musuh - musuh yang datang, seperti preman, copet, penipu, maling dan lain sebagainya. Pada keadaan seperti ini, konon dikisahkan datang pasukan "tambuh sangkane" dari Banten menyerbu Pakuan, ibu kota Kerajaan Pajajaran.

Follow Berita Okezone di Google News

Naskah Carita Parahyangan menceritakan bagaimana akhirnya Prabu Nilakendra ini kalah perang, sejak saat itulah ia terpaksa melarikan diri dari keraton. Ia beserta rombongan dan para pengiringnya mengungsi ke daerah Sukabumi selatan.

Ketika ada penyerangan dari Banten, rakyat mengamankan diri sendiri. Mereka banyak mengungsi dari pelosok kota, yang sekiranya tidak terjangkau oleh prajurit Banten. Sebagian lagi melarikan diri ke Pulasari.

Para abdi negara sebagian banyak masih di keraton, tetapi ada juga yang kembali ke negara di bawahan Pajajaran. Menurut carita pantun disebutkan, di Pakuan masih terdapat orang-orang pengawal raja yang disebut Bareusan Panganginan. Konon terdapat tiga orang senopati yang mengendalikan Pajajaran di antaranya yaitu Demang Haurtangtu, Puun Buluh Pananjung, dan Guru Alas Lintang Kedesan.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini