Share

Kisah Jaka Tingkir Menukar Tanah Mataram dan Pati dengan Nyawa Arya Penangsang

Solichan Arif, Koran Sindo · Senin 26 Desember 2022 04:58 WIB
https: img.okezone.com content 2022 12 26 337 2734101 kisah-jaka-tingkir-menukar-tanah-mataram-dan-pati-dengan-nyawa-arya-penangsang-xR1QjQZjN9.jpeg

JAKA Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, Raja Pajang diminta memerangi Adipati Jipang Panolan (sekarang Cepu, Blora) Arya Penangsang. Bahkan menumpasnya. Ratu Kalinyamat berdiri di belakang Jaka Tingkir. Istri Jaka Tingkir, yakni Ratu Mas Cempaka adalah adiknya.

Ratu Kalinyamat dan Ratu Mas Cempaka merupakan putri Sultan Trenggono, putra Raden Patah, Sultan Demak pertama. Sementara Arya Penangsang putra sulung Pangeran Surowiyoto atau Raden Kikin atau Pangeran Sekar Seda Lepen. Raden Kikin juga putra Raden Patah.

Antara Ratu Kalinyamat dan Arya Penangsang terjalin hubungan sebagai sepupu. Namun Kalinyamat ingin Penangsang mati. Penangsang telah membunuh suaminya, Pangeran Hadiri. Arya Penangsang juga yang menghabisi Sunan Prawoto, kakak Ratu Kalinyamat (1549).

Jaka Tingkir juga kurang menyukai Arya Penangsang, namun diam-diam memiliki perasaan segan. Selain keturunan Demak langsung, Arya Penangsang juga bukan lawan yang sembarangan. Ia pun memilih menggelar sayembara berhadiah. Nyawa Arya Penangsang ditukar dengan hadiah dua bidang tanah.

Barang siapa yang sanggup melenyapkan Penangsang, Raja Pajang akan menghadiahi hutan Mentaok (kelak menjadi Kerajaan Mataram Islam) dan Pati. Namun sejak sayembara dibuka, tidak ada yang berminat menjadi peserta.

Hingga datang menghadap 4 orang yang sekaligus menyatakan kesanggupan. Keempat orang yang berasal dari Boyolali itu adalah Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Panjawi, Ki Juru Martani dan Danang Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan.

Follow Berita Okezone di Google News

Mereka merupakan keturunan Ki Ageng Sela, dan Jaka Tingkir sudah lama mengenalnya. Bahkan Sutawijaya telah diangkatnya sebagai putra yang diberinya gelar Ngabehi Loring Pasar.

”Syukur Kakang, Kakang sendiri yang sanggup membunuh Arya Penangsang. Tanah Pati dan Mataram untuk kakang. Selanjutnya rencana kakang bagaimana,” kata Jaka Tingkir seperti dikutip dari Babad Demak.

Ki Ageng Pemanahan yang menjadi juru bicara menyatakan ia sendiri yang akan memimpin perang. Ia dan Ki Ageng Panjawi, Ki Juru Martani, Danang Sutawijaya, serta 200 prajurit Pajang akan melabrak Kadipaten Jipang Panolan.

Ki Ageng Pemanahan terkenal berakal panjang. Dengan kecerdikannya, digugahnya emosi Arya Penangsang. Setiba di wilayah Jipang, diam-diam seorang perawat kuda Gagak Rimang, yakni kuda kesayangan Arya Penangsang, ditangkapnya.

Satu telinga tukang kuda itu lalu dipotong, dan pada bagian yang terluka disumpalkan surat tantangan.

“Penangsang, jika kamu memang benar-benar jantan dan pemberani, ayo hadapi aku, perang tanding satu-satu, jangan membawa prajurit. Sebrangi sungai, kutunggu kedatanganmu di seberang sungai sekarang juga”.

Dalam surat tertanda Jaka Tingkir atau Sultan Pajang Hadiningrat selaku penantang Arya Penangsang. Membaca isi surat tantangan, emosi Arya Penangsang sontak meledak.

Arya Mataram adik Penangsang serta Ki Mataun, patih sekaligus penasihat Kadipaten Jipang, berusaha mencegah. Keduanya cuirga semua itu hanya jebakan orang-orang Pajang. Namun Penangsang yang sudah terbakar amarah, tak bisa lagi dicegah.

Arya Penangsang memacu Gagak Rimang seorang diri. Pertempuran di pinggir bengawan sore tak terelakkan. Pertempuran yang tak seimbang. Arya Penangsang tewas setelah tombak Kiai Plered yang dilempar Sutawijaya menembus dadanya.

Ki Mataun yang menyusul dan mencoba membantu juga binasa. Leher patih Kadipaten Jipang Panolan itu dipenggal dan kepalanya dipajang di tepi sungai. Sesuai janjinya, Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram dan Pati.

Ki Ageng Pemanahan yang merasa lebih tua, mengalah dengan memilih tanah Mataram (hutan Mentaok) yang berupa hutan belantara. Kelak, di hutan Mentaok itu berdiri Kerajaan Mataram Islam pertama. Sedangkan Ki Panjawi mendapat tanah Pati. Ki Ageng Pemanahan juga diminta memberitahu Ratu Kalinyamat kalau Penangsang sudah mati.

“Kakang Pemanahan, tolong kakang ke Danaraja dulu untuk menemui dan memberitahu Ratu Kalinyamat bahwa bahwa Arya Penangsang sudah mati. Pesanku, hendaknya beliau menghentikan tapanya,” kata Jaka Tingkir seperti dikutip dari Babad Demak.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini