JAKARTA - Wismoyo Arismundar yang saat itu menjabat Asisten Pengamanan Kopassandha mendadak ditugaskan menyampaikan pesan oleh komandannya kepada Presiden Soeharto terkait Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yang terjadi pada 1974.
Diketahui, peristiwa itu berujung kerusuhan saat kunjungan Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei di Jakarta, 14-17 Januari 1974. Sejumlah tuntutan yang disuarakan mahasiswa adalah antipenanaman modal asing yang menguntungkan kelompok tertentu, pemberantasan korupsi, tingginya harga kebutuhan pokok.
(Baca juga: Bertempur di Palagan Timor, Jenderal Kopassus Wismoyo ke Prabowo: Keluarga Prajurit Titip 100 Nyawa di Pundakmu!)
Saat itu dia masih berpangkat Mayor. Dengan rasa deg-degan akhirnya perwira Korps Baret Merah Kopassus ini menghadap Soeharto di Cendana.
βOno opo (ada apa)," tanya Soeharto yang hanya mengenakan sarung dan kaus oblong seperti dikutip dari buku Pak Harto The Untold Stories (2012), Jumat (16/2/2022).
Dia menyampaikan maksud kedatangannya untuk menyampaikan pesan bahwa Kopassandha (cikal bakal Kopassus) akan tetap setia kepada Presiden Soeharto.
"Setia iku opo (setia itu apa)," tanya Soeharto lagi.
Mendengar pertanyaan itu, Wismoyo pun bingung bukan kepalang. Ia tak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu. Di tengah ketegangan itu, Soeharto lalu mencairkan suasana dengan menjelaskan bahwa setia itu berarti memegang teguh kebersamaan dalam mencapai cita-cita.
"Kalau kamu ingin menjadi pribadi yang maju, kamu harus pandai mengenal apa yang terjadi, pandai melihat, pandai mendengar, dan pandai mengalanisis," kata Soeharto.
Momen pertemuannya saat menghadap orang nomor 1 di negeri ini,membuat hubungan keduanya semakin dekat, apalagi cinta Wismoyo kemudian berlabuh kepada Datit Siti Hardjanti, adik kandung Ibu Tien Soeharto.
Follow Berita Okezone di Google News