JAKARTA - Keputusan Gajah Mada untuk tetap mempertahankan jabatan Mahapatih Majapahit membuat Gayatri sempat gusar. Ia khawatir jabatan Mahapatih Majapahit itu membuatnya lupa diri dan haus kekuasaan sehingga menjadi konflik dengan sang cucu, Hayam Wuruk, yang diproyeksikan sebagai raja muda.
Apalagi Hayam Wuruk naik tahta saat usianya begitu muda menggantikan Tribhuwana Tunggadewi, ibu kandungnya. Dari sanalah jelas kekhawatiran sang nenek kepada Hayam Wuruk, cucunya, saat memerintah akan dicampuri oleh Gajah Mada. Apalagi sosok Hayam Wuruk belum terlalu berpengalaman.
 BACA JUGA:Semeru Naik Level Awas, BPBD Jatim Siapkan 12 Titik Pengungsian di Lumajang
Tetapi Gajah Mada dengan luar biasa bisa meyakinkan Gayatri mampu melindungi sang cucu bertahta di Kerajaan Majapahit. Bahkan Earl Drake pada "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit", mengisahkan komitmen Gajah Mada kepada Hayam Wuruk dan menjaga janjinya ke Gayatri.
Hal itu membuat Gayatri luluh dan mengalah, pertukaran pikiran antara Gayatri dengan Gajah Mada menjadi sesuatu hal yang biasa. Gayatri percaya Gajah Mada tidak menyalahgunakan rencananya itu demi kepentingan sendiri.
 BACA JUGA:Hari Ini Kuat Maruf Bersaksi dalam Sidang Bharada E dan Ricky Rizal
Gajah Mada yakin bahwa tanpa kendali langsung dari dirinya, masa depan kerajaan akan suram. Gayatri bisa memahami maksud Gajah Mada, tetapi ia khawatir akan rencana yang baru saja ia tuturkan. Tak seorang pun, termasuk Mahapatih Agung Gajah Mada tak dapat digantikan.
Aparatur pemerintah dan gaya pemerintahan harus mampu menjawab tantangan zaman yang terus bergulir. Gajah Mada dan orang-orang baru wajib membantu berjalannya proses tersebut, alih-alih mempertahankan sistem yang lama.
Di mata Gayatri, Hayam Wuruk memiliki semua harapan untuk menjadi pangeran yang berbudi sesuai tradisi Jawa, sekaligus menjadi pengayom kesenian berbasis tradisi Bali. Namun, Gayatri tidak bisa berharap Hayam Wuruk memiliki semua atribut seorang raja besar yang berpengalaman di usianya yang belia.
Dalam kondisi-kondisi seperti ini, ia masih membutuhkan bimbingan yang kukuh dari Mahapatih Gajah Mada selama lima tahun semenjak menjabat, tetapi juga dari ibu, ayah, bibi, dan pamannya yang memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk mengimbangi pengaruh sang Mahapatih yang selalu tidak sabaran itu untuk lima tahun pertama.
Follow Berita Okezone di Google News