DALAM kepemimpinannya kurang lebih 32 tahun, Presiden Soeharto tentu menemui orang-orang yang pro maupun kontra terhadapnya. Bahkan dari kalangan jenderal pun ada yang berani menentang Soeharto. Berikut beberapa jenderal yang kontra dengan Soeharto.
1. Letjan Hartono Rekso Dharsono
Letjan Hartono Rekso Dharsono juga merupakan salah satu jenderal yang mengantarkan Soekarno ke kursi kekuasaannya. Ia bahkan mendukung kepemimpinan Soeharto dengan menandatangani dukungan tertulis yang disebut Ikrar Panglima Sejawa. Hartono diangkat menjadi Panglima Kodam Siliwangi oleh Soeharto pada 1966, tapi kariernya di dunia militer terhenti di tahun 1969. Ia lalu mengisi posisi duta besar Indonesia di Thailand.
Tokoh yang loyal kepada Soeharto ini kemudian mulai gerah kala menyaksikan Soeharto menjalankan pemerintahan yang cenderung otoriter. Sejumlah tokoh bahkan menandatangani Petisi 50, yang merupakan kekecewaan terhadap Soeharto. Hartono dekat dengan sejumlah tokoh tersebut. Meski tak ikut memberi tanda tangan, ia dianggap membahayakan Soeharto.
Sikap Hartono yang kritis dan vokal harus dibayarnya dengan mahal. Ia dicopot sebagai Sekjen ASEAN yang pertama oleh Soeharto. Hartono juga dituduh terlibat dalam peristiwa pengeboman gedung BCA di Pecenongan. Pada November 1984, Hartono ditangkap. Ia menghabiskan lima tahun hidupnya di balik jeruji besi dan bebas pada 1990.
2. Letjen Kemal Idris
Letjen Kemal Idris merupakan salah satu jenderal yang membangun Orde Baru. Ia adalaj salah seorang sosok yang diandalkan Soeharto, selain untuk menyingkirkan Soekarno dari kursi kekuasaannya, juga dalam operasi membasmi PKI. Jasanya diganjar dengan naik jabatan sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) yang diembannya pada 1967.
Namun, Kemal kemudian dijauhkan oleh Soeharto lantaran khawatir akan membahayakan posisinya sebagai presiden. Ia menerima jabatan duta besar untuk Yugoslavia dan Yunani dengan terpaksa. Ia lalu menandatangani Petisi 50 bersama puluhan tokoh lainnya Bahkan Kemal pernah meminta Soeharto untuk mundur sebagai presiden pada tahun 1980, karena menurutnya sudah cukup masa jabatan Soeharto sebanyak tiga kali itu.
Karena perlakuannya itu, Kemal tidak lagi dipakai. Ia pun mendapatkan gelar “jenderal sampah" karena mengurusi sampah di Ibu Kota.
3. Jenderal Besar AH Nasution
Hubungan antara Nasution dengan Soeharto memang tampak naik turun. Bahkan Nasution turut menentang kediktatoran Soeharto melalui kelompok Petisi 50. Kelompok tersebut dibuat oleh 50 purnawirawan jenderal dan politisi senior yang bertujuan untuk mengkritisi pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto. Petisi tersebut dibuat pada 5 Mei 1980 dan menganggap bahwa Soeharto sudah menyalahgunakan filosofi negara, Pancasila, sekaligus menodainya.
Follow Berita Okezone di Google News