JAKARTA - Koalisi yang sudah terbentuk menjelang Pilpres 2024, saat ini berpotensi besar mogok di tengah jalan. Pasalnya, banyaknya rayuan dalam penjajakan politik bisa mengganggu kesepakatan politik yang sudah terbentuk.
(Baca juga: Wapres Maruf: Pemilu, Pilpres, dan Pileg Jangan Membuat Kita Terpecah Belah!)
“Misalnya rayuan elektabilitas menjadi penyebab koalisi mogok atau pindah haluan ke koalisi lain. Jika tidak segera deklarasi, akan berpotensi koalisi deklarasi capres dan cawapres last minutes," ujar Pengamat politik dan pendiri Indonesia Political Power, Ikhwan Arif, Jumat (25/11/2022).
Menurutnya, koalisi yang sudah terbentuk atau memenuhi ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold 20%) baik itu KIB, KIR, Poros Perubahan maupun PDIP, semuanya sangat bergantung pada nilai elektabilitas figur.
“Misalnya tokoh dengan nilai elektabilitas tinggi Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anis Baswedan menjadi rebutan partai politik untuk mempertahankan basis elektoral mereka di masing-masing daerah, tujuannya tidak lain untuk mempertahankan elektabilitas partai juga,"ungkapnya.
Rayuan elektabilitas ini kata dia menjadi penentu keseriusan partai politik berkoalisi. Pertama komposisi KIB (PAN, Golkar dan PPP) sudah memenuhi presidential threshold 20%, namun masih terkendala elektabilitas tokoh di luar koalisi.
Dia memberi contoh KIB mendukung Ganjar elektabilitasnya tinggi akan berdampak pada porsi koalisi bertambah jika PDIP berkoalisi dengan KIB, itupun sedikit kemungkinan karena PDIP berkemungkinan besar menyodorkan nama Puan sebagai bakal capres.
“Menurut saya Ganjar menjadi capres alternatif bagi KIB, ini yang kemudian menyiratkan KIB deklarasi capres last minutes,"katanya.
Follow Berita Okezone di Google News