Share

Kisah di Balik Patung Gayatri Simbol Keabadian, Dipahat Seniman Terbaik Majapahit

Avirista Midaada, Okezone · Minggu 20 November 2022 07:11 WIB
https: img.okezone.com content 2022 11 20 337 2711025 kisah-di-balik-patung-gayatri-simbol-keabadian-dipahat-seniman-terbaik-majapahit-6zt69c4K66.jpeg Patung Gayatri. (Foto: Wikipedia)

TOKOH Gayatri yang menjadi perempuan di balik kejayaan Kerajaan Majapahit terlihat pada sebuah patung yang ikonik. Ternyata patung Gayatri berpose duduk itu merupakan penampilan fisiknya sebelum memutuskan menjadi biksu atau tokoh agama. 

Keputusan pembuatan patung Gayatri tak bisa dilepaskan dari campur tangan Gajah Mada dan kedua putri Gayatri yang bersekongkol untuk membelokkan gagasan peringatan tanpa sepengetahuan Gayatri sendiri. 

Ketiganya ingin menampilkan sosok berbeda dari Gayatri sebagai tokoh yang masih hidup dan berada di puncak kecantikannya sebagai seorang perempuan, sebelum akhirnya mencukur habis rambutnya dan menjadi bhiksuni. 

Sebagaimana dikutip dari buku "Gayatri Rajapatni Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit" dari Earl Drake, sang putri Gayatri ingin agar ibunya tetap hadir dalam ingatan anak cucunya kelak, mengingat Gayatri tak pernah berkuasa tetapi memiliki kepribadian dan andil penting dalam setiap keputusan Kerajaan Majapahit. 

Pembuatan karya seni ini adalah cara penting untuk mengenang Gayatri, sekaligus mampu memancarkan keindahan raga dan jiwa Gayatri. Rencana pembuatan karya patung pun disusun oleh dua putrinya dan Gajah Mada. 

 Baca juga: Lahirnya Aturan Hukum di Kerajaan Majapahit, Tercetus dari Diskusi Gajah Mada dan Gayatri

Mereka pun memerintahkan seniman terbaik di negeri Majapahit kala itu untuk memahat patung seukuran tubuh Gayatri dari batu besar, keras dan indah yang dapat ditemukan. Tingkat kekerasan batu akan memperlambat proses pemahatan, namun akan menghasilkan monumen abadi yang tak lekang oleh waktu. 

Sang seniman pun akhirnya tergugah dengan konsep yang berani itu, yang sebelumnya tak pernah dicoba. Kendati pun sudah ada segelintir unsur potret diri yang menampilkan sosok para penguasa pada sejumlah patung dewa-dewi. 

Sang seniman dengan semangat menerima tantangan tersebut. Dalam ancangan komposisi potret realis yang dibuatnya, Ibu Suri duduk bersila dan memancarkan penampilannya yang anggun laksana jelmaan seorang dewi. Salah satu atribut yang ditampilkan adalah pose tangan yang melambangkan roda hukum yang terus berputar. 

Setangkai teratai melingkari lengan kirinya dan sepotong ayat tentang kebijaksanaan tertinggi terukir di atas bunga teratai itu. Tantangan utama Gayatri adalah membuat wajah dan kedua matanya berada dalam keadaan meditasi sublim, sementara bagi pengukir patung tantangannya adalah menuangkan suasana itu ke dalam batu pahat. 

Tetapi di sisi lain Gajah Mada menyadari konsep inovatif dari patung itu akan ditentang oleh para pendeta Buddhis. Sebab para pendeta senantiasa menekankan agar pahatan pada sebuah monumen peringatan yang berbentuk dewa atau dewi dibuat formal dan tak menampilkan ciri manusia, karena cita-cita utama seorang pemeluk Buddhis adalah melenyapkan sifat dan nafsu keduniawian supaya bisa tercerahkan. 

Follow Berita Okezone di Google News

Gajah Mada pun menawarkan agar rencana itu dimulai ketika seniman maupun subjek rekaannya punya waktu luang maupun inspirasi, sehingga perhatian mereka dapat tercurah sepenuhnya. Tak hanya itu, Gajah Mada juga menawarkan jasanya untuk berunding dengan para pendeta agar tidak terjadi pertentangan. 

Berminggu-minggu patung itu dikerjakan mulai tampak dengan bentuk tubuh Gayatri, alas duduk teratai, dan sandaran serupa tahta yang tergambar jelas. Selanjutnya supaya perhatiannya tercurahkan pada ukuran di wajah, sang seniman mengabaikan detail - detail atribut fisik sang dewi untuk sementara waktu. 

Gayatri pun sempat beberapa kali kepergok untuk melihat progres pembuatan patung dirinya. Hal ini terlihat aneh padahal ia telah menahbiskan diri menjadi pendeta, namun kembali memikirkan sifat-sifat manusia karena dukungan Gajah Mada dan niat kedua anaknya. 

Gayatri bahkan pernah duduk menyaksikan di pojok sanggar, mengamati jalannya proses dengan seksama. Sementara sang seniman terpaku menyaksikan pancaran jiwa dan raga Gayatri yang seolah melepaskan cahaya. 

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini