MALANG - Bung Tomo, salah satu tokoh pertempuran 10 November 1945 Surabaya. Pemilik nama asli Sutomo itu berasal dari keluarga sederhana dan tidak memiliki kekayaan yang melimpah.
Sosoknya mengawali perjuangan dengan menjadi aktivis kemerdekaan di usia yang muda. Di balik sosok Bung Tomo yang oratoris dan tegas tak banyak yang tahu ia adalah sosok ulung berwirausaha. Bung Tomo disebut pernah mempunyai percetakan di Kota Malang di daerah Celaket.
"Bung Tomo ini punya percetakan di daerah Celaket, di situ juga Bung Tomo tinggal di Malang antara tahun 1944 - 1945," kata Pemerhati sejarah Malang Agung H. Buana, pada Kamis (10/11/2022).
BACA JUGA: Peringati Hari Pahlawan di TMP, Doa Wamenag : Eratkan Persatuan dalam Harmoni KebersamaanÂ
Menurut Agung, percetakan itu dikelola dan ditinggali Bung Tomo bersama beberapa rekannya. Bahkan, dari jejak sejarahnya, Bung Tomo di Malang juga pernah mengumpulkan pejuang - pejuang untuk memberikan semangat bertempur sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
"Ketika Bung Tomo tinggal di Malang tahun 40-an, pas zaman Jepang menjelang Jepang keluar Bung Tomo sempat mengumpulkan para pejuang, untuk diberikan semangat bersama, bahwa semangat nasionalisme, dan itu peristiwanya dicatat di sejarah bahwa dia pernah melakukan itu," ujarnya.
Namun, ia tak mencatat pasti dimanakah Bung Tomo mengumpulkan para pejuang dari Malang dan sekitarnya. Data dan literasi yang dimilikinya, hanya menyebut Bung Tomo mengumpulkan pejuang-pejuang di Kota Malang.
Follow Berita Okezone di Google News
Agung menambahkan, setelah kemerdekaan Republik Indonesia dan serangkaian pertempuran, Bung Tomo dilantik menjadi menteri di era Presiden Soekarno. Hal inilah yang membuat Bung Tomo meninggalkan Surabaya dan Malang, serta lebih banyak tinggal di Jakarta.
Dari sanalah perekonomian Bung Tomo perlahan-lahan mulai membaik. Jabatannya menjadi seorang menteri membuatnya bisa membeli rumah di Jalan Ijen Nomor 6 Kota Malang. Rumah itu dibeli Bung Tomo di tahun 1950-an, namun tidak pernah dihuninya.
"Sebagai halnya seorang menteri yang mempunyai jabatan dan punya penghargaan, itu tentunya Bung Tomo tidak hanya punya satu rumah, rumahnya ya di Jakarta di Surabaya, di mana-mana, dia pasti punya rumah, karena saat itu dia berada dan di tahun 50-an. Beliau membeli rumah di Jalan Ijen Nomor 6, membeli rumah tahun 50," ujarnya.
Kini, rumah yang dibeli Bung Tomo itu sudah beralih tangan ke orang lain. Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memutuskan tidak menetapkan rumah tersebut sebagai cagar budaya karena nilai dari rumah tersebut dianggap kurang.
"Hanya sekadar rumah kuno, nggak ada arti pentingnya. Kecuali kalau Bung Tomo memiliki rumah tersebut pada tahun 40-an, terus Bung Tomo mengumpulkan masyarakat Malang kita bisa menduga jangan-jangan Bung Tomo di rumah tersebut membuat keputusannya. Tapi ternyata Bung Tomo belum membeli rumah itu, tinggalnya malah di Celaket, masih ada yang di Celaket," ujarnya.
Meski demikian diakui pria yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang rumah di kawasan Jalan Ijen merupakan rumah - rumah elite. Rumah itu dibeli Bung Tomo sebagai tempat persinggahannya jika mampir ke Malang, tetapi tidak ada catatan pasti seberapa banyak Bung Tomo singgah di rumah tersebut.
"(Berapa kali Bung Tomo singgah) Nggak tahu, jadi Bung Tomo setelah jadi menteri ekonominya membaik ya wajar kalau dia membeli rumah di Ijen itu wajar, Ijen itu statusnya dari tahun 80-an sampai sekarang rumahnya para penggede, rumahnya jenderal menteri," ujarnya.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.