JAKARTA - Pemberontakan dalam negeri masih sering terjadi meskipun serangan dari neragar luar tak terlihat selama 50 tahun belakangan ini.
 (Baca juga: Kisah Perjuangan Palestina Negara Pertama Akui Kemerdekaan RI di Berlin, Prabowo: Berjasa saat Indonesia Susah)
Demikian diungkapkan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto saat jumpa pers Indo Defence 2022 di Kantor Kemhan, pada Kamis 27 Oktober 2022.
"Kita sangat beruntung 40 atau 50 tahun kita tidak ada invasi dari luar, gangguan dari luar. Kita menghadapi banyak pemberontakan dalam negeri, tapi yang invasi jelas dari luar kita bersyukur kita tidak ada," kata Prabowo.
Prabowo yang merupakan mantan prajurit baret merah Kopassus menilai, ada keterlibatan pihak asing dalam pemberontakan-pemberontakan dalam negeri, contohnya seperti infiltrasi.
Namun, kata Prabowo, setelah tahun 1965, infiltrasi dari luar ke Indonesia tinggal sedikit, dan hanya sekadar memprovokasi gerakan separatisme hingga pemainan spionase semata.
"Terakhir ya sekitar tahun '59, tahun '62, ada ya kan pemberontakan-pemberontakan Indonesia yang ada pelibatan pihak-pihak asing, mungkin juga tahun '65 ada senjata dari luar yang masuk. Tapi bisa dikatakan setelah '65 sampai sekarang kita lihat paling infiltrasinya ada tapi sedikit," kata dia.
"Ada mungkin yang memanas-panasi gerakan separatisme di mana-mana, tapi baru setaraf permainan spionase," sambungnya.
Akibat tak mengalami invasi selama 50 tahun itu, Prabowo mengakui bahwa Indonesia lengah dalam investasi pertahanan.
"Dengan kita mengalami masa relatif tidak ada gangguan dari luar secara besar-besaran, nah ini makin membuat kita menurut saya agak lengah dalam investasi kita dalam pertahanan," katanya.
Padahal, kata Prabowo, investasi di bidang pertahanan itu perlu dilakukan untuk menjaga keutuhan wilayah.
"Kita perlu investasi lebih untuk menjamin bahwa kita bisa menjaga terutama keutuhan wilayah kita, kedua kekayaan bangsa kita tidak dicuri dan dirampas oleh pihak-pihak luar," ucapnya.
Follow Berita Okezone di Google News