GUNUNGKIDUL- Hutan Adat Wonosadi di Ngawen Gunungkidul oleh masyarakat setempat terkenal angker. Karena adat setempat yang menganggap angker, membuat warga tidak ada yang berani menebang bahkan mengambil pohon yang telah mati di hutan ini.
Ketua Jagawana Hutan Adat Wonosadi Sri Hartini (52) mengatakan, hutan Wonosadi terletak di Dusun Duren dan Dusun Sidorejo Desa Beji Kecamatan Ngawen. Hutan ini terletak di perbukitan yang berbatu hitam, tanahnya merah kehitaman.
(Baca juga: Kisah DN Aidit Sebelum Dieksekusi: Kopi, Rokok dan Teriakan 'Hidup PKI')
Saat ini Hutan Wonosadi berstatus Hutan Adat, sebab di dalam hutan itu setiap setahun sekali diadakan Upacara Tradisional Sadranan. Upacara Sadranan itu dilaksanakan oleh masyarakat Desa Beji sudah beratus-ratus tahun dan belum pernah lowong.
Sekalipun pandemi Covid-19 mereka tetap melaksanakannya meski dengan skala lebih sederhana. "Sebelum tahun 1964, hutan Wonosadi lebat sekali," ujar dia beberapa waktu lalu.
Akibat ulah manusia, tahun 1964 sampai dengan 1966 hutan Wonosadi rusak kayu-kayu habis ditebang. Hanya menyisakan 4 pohon asem yang berada di tengah. Konon apa yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab tersebut karena anjuran PKI. Sebab waktu itu Desa Beji dikuasai Pamong yang berpaham komunis.
"Nah tahun 1964 dan tahun 1966 disekitar Wonosadi terjadi banjir kerikil dan erosi. Sumber mata air mati, masyarakat bingung karena kekurangan air. Padahal ada musim kemarau atau ketigo. Sawah sawah rusak tertimbun kerikil. Petani pada musim kemarau tidak bisa menanam tanaman lagi," tandasnya.
Dalam dokumen yang ada di sekretariat Hutan Wonosadi, sempat dituliskan kerusakan akibat ulah PKI tersebut. Hutan seluas ada 23 ha. Macam tumbuh-tumbuhan kebanyakan tumbuhan langka, yang jarang terdapat di dusun-dusun.
Dokumen tersebut menyebutkan terjadinya sejak zaman dahulu, tetapi akibat olah politik PKI tehun 1965 hutan itu gundul kayunya habis ditebangi orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dibiarkan saja oleh pemerintah waktu itu, sebab yang berkuasa pemerintah desa orang-orang PKI.
Setelah PKI hancur tahun 1965 perangkat Desa beji diganti total, tetapi Hutan Wonosadi sudah terlanjur gundul tinggal 4 batang kayu yang masih ada. Pada tahun 1966 Hutan Wonosadi dhijaukan kembali oleh masyarakat se Desa Beji dipimpin oleh Sudiyo selaku wakil dari tokoh masyarakat.
Kerjasama antara masyarakat dan pamong Desa akhirnya Hutan Wonosadi pulih kembali menjadi hutan lebat yang ditumbuhi bermacam-macam kayu. Sampai sekarang keamanan dan pelestariannya ditugaskan oleh Pemerintah Desa Beji kepada sekelompok Pemuda yang diketuai oleh Sudiyo.
Informasi yang dihimpun, saat terjadi pemberontakan PKI yang berhasil ditumpas oleh negara dan berujung dibubarkannya Partai Komunis Indonesia dan menjadi partai terlarang. Pamong Desa Beji diganti semua kecuali yang tidak berfaham komunis.
Namun asa bagi masyarakat Beji karena Hutan Wonosadi sudah terlanjur rusak berat di mana mana terjadi erosi tanah longsor, banjir kerikil, mata air mati, masyarakat menderita pertanian merosot total. Untuk memulihkan keadaan masyarakat hutan Wonosadi dan sekitarnya harus dipulihkan.
Follow Berita Okezone di Google News