JAKARTA - Letnan Jenderal (Anumerta) MT Haryono adalah salah satu korban yang tewas pada malam berdarah di Lubang Buaya 30 September 1965 atau yang dikenal degan Peristiwa G30S. Dia merupakan Pahlawan Revolusi yang tegas menolak gagasan Angkatan Kelima yang diusung PKI.
Angkatan Kelima ini merupakan gagasan yang diusung Partai Komunis Indoneis atau PKI yang hendak mempersenjatai para buruh dan kaum tani.
 BACA JUGA:Kasus Pencabulan Sesama Jenis di Bandung Terbongkar, Pelaku dan Korban di Bawah Umur
Seperti sebagian besar perwira lain di Angkatan Darat, MT Haryono melihat adanya potensi bahaya dari gagasan pembentukan Angkatan Kelima itu. Perbedaan ide inilah yang diduga membuat MT Haaryono menjadi target pembunuhan, hingga tewas di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965.
Semasa hidup, M.T. Haryono dikenal sebagai sosok yang cakap berunding. Ia menguasai 3 bahasa. MT Haryono dilahirkan di Surabaya pada 20 Januari 1924. Saat periode pendudukan Jepang ia mengikuti pelajaran pada Ika Dai Gaku (Sekolah Kedokteran) di Jakarta. Pada masa Proklamasi Kemerdekaan Haryono ikut bergabung dalam TKR dengan pangkat Mayor.
 BACA JUGA:Diduga Begal, Pengendara Motor Dianiaya Sopir Truk hingga Bahu Retak
Karena pandai berbahasa Belanda, lnggris dan Jerman, MT Haryono ikut dalam berbagai perundingan antara Indonesia dan Belanda atau Indonesia dengan lnggris. Tidak hanya itu, dirinya juga memiliki perawakan yang tenang serta pembawaan bersahaja, membuat dirinya sebagai aset utama Indonesia dalam berunding.
Salah satu perundingan termashyur yang melibatkan peran MT Haryono adalah Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, dimana dirinya ketika itu menjabat posisi sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.
Follow Berita Okezone di Google News