JAKARTA - BJ Habibie memang sangat mencintai istrinya, Ainun. Hal itu dibuktikannya dengan rela memberikan segalanya kepada Ainun. Seperti halnya mesin jahit, yang baru lunas setelah setengah tahun dicicil.
Saat itu, hidup pasangan sejoli itu benar-benar prihatin. Hidup benar-benar keras. Tetapi ada hikmahnya. Di masa-masa inilah saya belajar untuk hidup berdiri di kaki sendiri (berdikari).
Beberapa hari kemudian Ainun datang dengan membawa cangkir tempat ia meludah. Habibie memastikan apakah Ainun sakit atau tidak. Kemudian Ainun menjelaskan bahwa bahwa bayi dalam kandungannya sudah melekat pada rahim.
Sebenarnya Ainun hendak membicarakan persiapan lahirnya bayinya. Sudah mulai banyak kebutuhan yang harus dibeli. Lagi-lagi, dananya tidak mencukupi.
Seketika Ainun berpikir untuk bekerja menjadi seorang dokter. Tetapi, untuk mendapat lapangan kerja sebagai dokter, dibutuhkan pengakuan ijazah UI di Jerman dan izin dari Organisasi dokter "Ärztekammer" seperti "Ikatan Dokter Indonesia (IDI)" di Indonesia.
Habibie tak tinggal diam, dia menimpali bahwa dirinya akan mencari pekerjaan tambahan dalam bidang konstruksi ringan. Habibie mengakui jika dia telah mempelajari iklan lapangan kerja. Kebetulan di Aachen ada suatu perusahaan pembuat gerbong kereta api bernama Talbot.
Perusahaan ini mencari seorang ahli konstruksi ringan untuk merekayasa gerbong yang ringan dan canggih sesuai persyaratan Deutsche Bundesbahn, perusahaan Kereta Api Jerman.
Follow Berita Okezone di Google News