JAKARTA - Pramodhawardani dikisahkan pernah menjadi raja di Kerajaan Mataram Kuno. Ia menjadi raja keenam selepas Rakai Garung alias Samaratungga Sri Maharaja Samaratungga atau yang sering ditulis Samaratungga. Pramodhawardani naik menjadi raja tunggal di Medang sebelum menikah dengan Mpu Manuku atau Rakai Pikatan.
Dikutip dari buku "Perempuan - Perempuan Tangguh Penguasa Tanah Jawa" tulisan Krishna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad (2018), selama memerintah sebagai raja Medang, Pramodhawardani berjuang untuk mengembangkan agama Buddha, bersikap adil, dan menjaga keamanan di dalam negeri.
Di masa Pramodhawardani inilah bangunan megah yang bertahan hingga kini. Bangunan megah bernama Candi Borobudur dibangun oleh Pramodhawardani. Prasasti Kayumwungan menyebut sang Raja Mataram Kuno ini meresmikan sebuah bangunan jinalaya yang bertingkat-tingkat sangat indah.
Bangunan tersebut ditafsirkan oleh para sejarawan sebagai Candi Kamulan Bhumisambhara atau Candi Borobudur. Berpijak dari uraian di atas, maka terwujudnya bangunan jinalaya yang dibangun sejak pemerintahan Samaratungga tersebut tidak dapat dilepaskan dengan peran Pramodhawardani sebagai raja Medang.
Fakta tersebut membuktikan bahwa Pramodhawardani memiliki perhatian besar terhadap perkembangan agama Buddha di era pemerintahannya. Meskipun terdapat beberapa pendapat bahwa Pramodhawardani menganut agama Hindu siwa sesudah menikah dengan Mpu Manuku atau Rakai Pikatan.
Di masa pemerintahan Pramodhawardani ini pula, ia terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Fakta ini ditunjukkan pada Prasasti Tri Tepusan yang dikeluarkan pada 11 November 842. Prasasti tersebut mengemukakan adanya tokoh bergelar Sri Kahulunan (Pramodhawardani) yang membebaskan pajak beberapa desa (swatantra), karena penduduknya turut merawat bangunan suci Kamulan i Bhumisambhara.
Follow Berita Okezone di Google News