JAKARTA - Sudah sejak lama pahlawan Indonesia melakukan perlawanan demi kemerdekaan Indonesia. Di antara mereka, ada yang telah berjuang sebelum masa kebangkitan nasional. Berikut adalah pahlawan-pahlawan Indonesia yang berjuang sebelum tahun 1908.
1. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah salah satu pahlawan penting di Indonesia yang terkenal memimpin Perang Jawa di tahun 1825 sampai 1830. Ia lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 dan wafat di Makassar pada 8 Januari 1855.
Berlandaskan pada Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah bertajuk ‘Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa 1825-1830’, peristiwa ini merupakan perang besar pertama, di mana pemerintah kolonial harus menghadapi usaha pemberontakan sosial yang mencakup bagian besar di pulau tersebut. Adapun masyarakat Jawa yang tewas akibat perang tersebut mencapai 200 ribu jiwa.
Selain itu, seperempat wilayah Jawa juga mengalami kerusakan hebat. Perang Jawa dianggap sebagai momen bangkitnya masyarakat Jawa dalam melawan pemerintah Belanda di masa itu. Sayangnya, perang ini dimenangi oleh pihak Belanda akibat jumlah pasukan yang tidak sesuai. Jenderal de Kock berhasil menyudutkan pasukan Diponegoro yang ada di Magelang.
Pangeran Diponegoro pun bersedia menyerah dengan syarat bahwa sisa pasukannya harus dilepas. Pejuang tangguh itu kemudian diasingkan di Manado dan dipindah ke Makassar sampai menutup mata. Ia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 6 November 1973, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 87/TK/1973.
2. R.A Kartini
Pahlawan emansipasi perempuan di Nusantara, R.A Kartini juga berjuang sebelum tahun 1908. Perempuan kelahiran Jepara, 21 April 1879 itu merupakan putri Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningkat dan Mas Ajeng Ngasirah.
 BACA JUGA:Wasiat Sosrokartono, Guru Spiritual Soekarno yang Juga Kakak RA Kartini
Sejak kecil, ia dikenal akti dan kritis. Kepribadiannya berbeda dari saudara-saudaranya dan sangat menyenangi kegiatan menulis. Kartini juga gemar melakukan aktivitas surat menyurat dengan sahabat penanya di Belanda. Ia lantang menyuarakan bahwa perempuan harus mendapatkan hak dan pendidikan setara dengan kaum pria.
Dalam Jurnal Humanitas dengan judul ‘Pemikiran dan Perjuangan Raden Ayu Kartini Untuk Perempuan Indonesia’, disebutkan bahwa Kartini mengirimkan surat kepada Nyonya Abendanon pada 21 Januari 1901. Dalam surat itu, Kartini mengatakan bahwa perempuan adalah pendukung peradaban. Perempuan diyakininya mampu membawa pengaruh besar dan dampak positif bagi kemajuan bangsa.
Kartini wafat pada 17 September 1904, tepat 4 hari usai melahirkan anak pertamanya, Soesalit Djojoadhiningrat. Ia mendapat anugerah sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden No. 108 tertanggal 2 Mei 1964.
Follow Berita Okezone di Google News