JAKARTA - Penasihat spiritual atau guru spiritual menjadi salah satu orang yang suaranya didengar Presiden Soekarno atau Bung Karno. Guru spiritual Bung Karno adalah Drs Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono, yang membuat jiwa dan semangat Bung Karno senantiasa kuat dalam memimpin republik.
Dokter Soeharto pernah mengungkapkan kedekatan itu sebagai sumber kekuatan mental spiritual Bung Karno. “Secara mental spiritual Bung Karno masih kuat dan segar karena mempunyai hubungan dengan dua orang penasihat spiritualnya,” kata dokter Soeharto seperti disampaikan H Maulwi Saelan dalam buku “Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66”.
Dokter Soeharto merupakan dokter pribadi Bung Karno yang hari-harinya banyak berada di sekitar sang proklamator. Dokter Soeharto pernah menemani Bung Karno saat Putra Sang Fajar itu menunaikan ibadah haji tahun 1955. Pertemuan rahasia antara Bung Karno dengan Tan Malaka di awal kemerdekaan juga berlangsung di rumah dokter Soeharto.
Salah satu penasihat spiritual Bung Karno yang disebut Maulwi Saelan dalam percakapannya dengan dokter Soeharto adalah Drs Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono. Sosrokartono yang lahir di Mayong, Jepara, Jawa Tengah 10 April 1887 adalah kakak kandung Raden Ajeng Kartini.
Rekam jejak intelektualnya begitu panjang. Sosrokartono merupakan lulusan Universitas Leiden Belanda tahun 1908 Jurusan Sastra Timur. Sebagai murid terpandai Prof Dr. H Kern Leiden, Sosrokartono menguasai 37 bahasa, dan karenanya ia disanjung sebagai manusia jenius. Kaum intelektual Barat yang terpesona menjulukinya De Javanese Prince (Sang Pangeran Jawa) dan De Mooie Sos.
Saat Perang Dunia I pecah (1914-1918), Sosrokartono yang berada di Eropa menjadi jurnalis koran The New York Herald terbitan New York. Keberadaanya diterima banyak kalangan. Ia juga pernah menjadi juru bahasa untuk Sekutu (1918) di Jenewa, dan kemudian pindah ke Perancis menjadi mahasiswa pendengar di Universitas Sorbonne, jurusan psikometri dan psikotekhnik.
Sosrokartono juga sempat menjadi Pegawai Tinggi Atase Kedutaan Besar Perancis di Den Haag tahun 1921. Selama 29 tahun melanglang di Eropa, yakni sejak 1897, ia kemudian pulang ke Indonesia. Soskrokartono sejak tahun 1927 menempati rumahnya di Bandung, Jawa Barat. Ia menjalani fase kehidupan sebagai pendidik bersama Ki Hajar Dewantara dan kemudian lebih dikenal sebagai ahli kebatinan.
Cinta Sosrokartono kepada Nusantara, khususnya Jawa begitu besar. Ajarannya terkenal dengan mengoptimalkan indera rasa, mengasah rasa baik jasmani maupun rohani. Pada tahun 1899 Sosrokartono pernah berpidato bahasa Belanda dalam sebuah acara Kongres Bahasa di Gent, Belgia.
“Saya akan menyatakan sebagai musuh kepada siapa saja yang akan merobah Bangsa Jawa (Indonesia) menjadi Orang Eropa. Selama matahari dan bintang masih bersinar, saya akan melawan mereka itu!”. Sosrokartono di tahun 40-an pernah meramalkan, bahwa dengan dibukanya Terusan Suez yang banyak memakan korban, Asia dan Afrika akan bersatu padu di Bandung Jawa Barat.
Baca Juga: KKP Pastikan Proses Hukum Pelaku Perdagangan Sirip Hiu Ilegal di Sulawesi Tenggara