JAKARTA - Tokoh Muhammadiyah Buya Syafii Maarif dengan Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sepakat Islam sebagai inspirasi kehidupan umat dan masyarakat. Namun, setelah sepeninggalan Gus Dur, Buya Syafii Maarif mengaku sering kesepian dan rindu sosoknya.
Putri Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid bercerita wafatnya Buya Syafii membuat ingatannya dengan ayahanda kembali mencuat. Gus Dur dan Buya Syafii merupakan dua tokoh yang berhasil mendekatkan Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama yang sempat renggang akibat perbedaan politik dan persoalan amaliah keagamaan.
Namun, seringnya pertemuan secara fisik dan persamaan pemikiran tentang visi kebangsaan, keduanya berhasil membuat kedua ormas Islam ini menjadi mesra.
Baca juga:Buya Syafii Maarif Wafat, Partai Perindo: Perjuangan Beliau Jadi Tauladan
"Persamaan visi kebangsaan, serta kerapnya pertemuan di antara mereka berdua, membuat hubungan antara kedua lembaga menjadi mesra," kata Yenny Wahid dalam keterangannya, Jum'at (27/5/2022).
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keduanya sepakat jika Islam ada di tengah-tengah masyarakat sebagai inspirasi kehidupan. Keduanya menilai tidak perlu Islam diformalkan dalam negara Indonesia karena banyaknya agama di Indonesia.
Baca juga:Â Buya Syafii Maarif Meninggal, Puan: Indonesia Kehilangan Guru Bangsa
"Baik Gus Dur maupun Buya Syafii lebih setuju dengan Islam sebagai inspirasi kehidupan umat dan masyarakat, dan tidak perlu diformalkan sebagai hukum negara, karena bisa terjadi diskriminasi terhadap warga negara Non Muslim," jelasnya.
Karena seringnya berdialog dengan Gus Dur tentang kehidupan umat dalam bernegara, Buya Syafii mengaku rindu dengan Gus Dur pasca sepeninggalannya.
Baca Juga: Dukung Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Morowali Hibahkan Tanah ke KKP