JAKARTA - Para pemuda di Indonesia telah berkomitmen bersatu untuk melakukan perlawanan melalui pergerakan atau organisasi, sehingga tidak mengandalkan kekuatan fisik lagi untuk perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Hal itu pun tercetus Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei.
Cikal bakal Boedi Oetomo sebagai pelopor organisasi pemuda di Tanah Air diawali oleh gagasan Dokter Wahidin Soedirohusodo, mengenai studiefonds atau dana pendidikan. Menurut dia, pendidikan bisa menjadi salah satu cara untuk melakukan perubahan dan meningkatkan kualitas hidup. Lulusan Sekolah Dokter Djawa itu pun berusaha agar jumlah anak pribumi yang mengikuti pendidikan terus bertambah.
"Dokter Wahidin kemudian melakukan perjalanan keliling Pulau Jawa untuk mengenalkan dana pendidikan. Kemudian, saat hendak menuju Banten pada Desember 1907, beliau singgah ke STOVIA. Gagasan Dokter Wahidin tentang dana pendidikan kemudian menarik perhatian beberapa pelajar di sana, yakni Soetomo dan Soeradji," ujar Kepala Seksi Penyajian dan Layanan Edukasi Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas), Sujiman kepada Okezone beberapa waktu lalu.
 BACA JUGA:5 Tokoh Perintis Kebangkitan Nasional dalam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia
Pada 20 Mei 1908 pelajar-pelajar STOVIA di bawah pimpinan Soetomo kemudian berkumpul di ruang anatomi. Mereka bermusyawarah merencanakan pendirian perkumpulan yang dilengkapi dengan susunan kepengurusannya. Momen inilah yang menjadi lahirnya Boedi Oetomo.
"Soetomo kemudian dipilih sebagai ketua. Nama Boedi Oetomo diambil dari budi pekerti. Artinya, perbuatan mulia yang dapat memberikan budi pekerti yang baik bagi Masyarakat Indonesia. Jadi di sinilah, tempat mereka membuat perkumpulan modern pertama," terangnya.
 BACA JUGA:Esensi Hari Kebangkitan Nasional Memperkokoh Semangat Kebangsaan untuk Memberantas Korupsi di NKRI
Pendirian Boedi Oetomo mendapat respons positif dari pelajar STOVIA dan pelajar dari daerah lain sehingga dalam waktu singkat jumlah anggotanya terus bertambah. Bahkan, pesatnya pertumbuhan Boedi Oetomo sempat membuat sang ketua, Soetomo hampir dikeluarkan dari sekolah. Bersamaan dengan rapat dewan pengajar STOVIA yang membahas nasib Soetomo, para anggota dan pelajar lainnya mengadakan aksi solidaritas di depan ruang pengajar.
"Mereka sempat mengancam akan ikut keluar jika Soetomo dikeluarkan dari STOVIA. Beruntung, Direktur STOVIA, Dokter H.F Roll cukup bijak lantaran menilai pendirian Boedi Oetomo merupakan suatu hal yang wajar sebagai bentuk gejolak jiwa muda yang penuh semangat dan ide-ide baru," tuturnya.