KH ABDURRAHMAN Wahid atau akrab disapa Gus Dur digelari oleh sejumlah tokoh sebagai Doktor Humoris Causa. Hal itu tak mengherankan karena Gus Dur kerap melontarkan kritik berbentuk guyonan.
NU Online menuliskan, konon Gus Dur pandai membuat guyonan karena dipengaruhi oleh tradisi pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU). Di pesantren, merupakan obrolan atau makanan sehari-hari dan menjadi ciri khas di kelompok mereka.
Saking banyaknya, kumpulan humor Gus Dur ini pernah ditulis dalam sebuah buku yang berjudul 'Tertawa Bersama Presiden Gus Dur' yang terbit pada 2014 lalu. Isinya tentu saja membuat para pembacanya tertawa terbahak-bahak, sekaligus mendapatkan pelajaran baru.
Baca juga:ย Humor Gus Dur: Berkah Membaca Cepat, Tidak Perlu Beli Buku!
Salah satu humor ala Gus Dur adalah menyindir tentang empat macam sifat bangsa yang bersinggungan dengan pekerjaan. Konon di dunia ini ada empat macam sifat bangsa, yaitu:
1. Sedikit bicara, sedikit kerja (Nigeria, Angola).
2. Sedikit bicara, banyak kerja (Jepang, Korsel).
3. Banyak bicara, banyak kerja (Amerika, China).
4. Banyak bicara, sedikit kerja (Pakistan, India).
Seseorang bertanya:"Kalau bangsa Indonesia, masuk yang mana Gus??"
"Tidak bisa dimasukkan di antara yang empat itu,โ jawab Gus Dur.
"Loh, kenapa Gus??"
โKarena di Indonesia, antara yang dibicarakan dan yang dikerjakan beda,โ ucapnya mengundang gelak tawa.
Gus Dur pernah mengatakan jika humor sangat efektif menjadi alat perlawanan. Masyarakat dapat menggunakan pandangan kritisnya yang dituangkan ke dalam kekonyolan, ketidakadilan atau sistem yang dapat membelenggu.
Selain dapat mengkritisi orang lain, humor juga berfungsi untuk mengkritisi dan menertawakan diri sendiri. Serta sebagai tanda kecerdasan dan kebijaksanaan seseorang.
Gus Dur pun memiliki pandangan, seseorang belum bisa dianggap arif dan bijaksana jika belum mampu menertawakan diri sendiri.
(qlh)