JAKARTA – Gunung Everest merupakan puncak tertinggi di dunia, dan juga merupakan gunung tertinggi di dunia berada di perbatasan Nepal-Tibet yang masuk dalam barisan pengunungan Himalaya.
(Baca juga: Kisah Prabowo Tidur Sambil Jalan saat di Pasukan Baret Merah Kopassus)
Ada kisah menarik prajurit Korps Baret Merah Kopassus menaklukan gunung yang berjuluk atap dunia untuk menancapkan Bendera Merah Putih di puncak Everest pada 1997.
Saat itu, Kopassus masih dipimpin oleh Prabowo Subianto. Mereka adalah Pratu Asmujiono, Sersan Misirin dan Lettu Iwan Setiawan. Mereka tergabung dalam Tim Nasional Ekspedisi Everest (TNEE) yang beranggotakan 43 orang dari Kopassus, Wanadri, FPTI, Rakata, dan Mapala UI.
(Baca juga: Demo 21 April di Istana, Jenderal Kopassus Turun Tangan Kerahkan Ribuan Prajurit)
Saat ini, Iwan Setiawan berpangkat Mayjen dan menjabat Danjen Kopassus. Iwan mengenang perjalanan menaklukan puncak tertinggi di dunia tersebut. Diketahui, mendaki Gunung Everest adalah impian setiap pendaki di dunia.
“Saat itu saya belum tahu, apa itu Mount Everest. Bayangkan, naik gunung saja belum pernah, terutama gunung es,” ujar Iwan dilansir akun resmi Youtube TNI AD, Senin (25/4/2022).
Saat itu Iwan baru lulus pendidikan komando. Dia mendapat informasi adanya seleksi Tim Ekspedisi Everest 97. Ekspedisi ini untuk menyambut HUT ke-45 Kopassus. Bagi prajurit Kopassus, kata Iwan, tugas merupakan segala-galanya.
Tugas merupakan kehormatan. Begitu pula Ekspedisi Everest tersebut. Dia mengikuti seleksi. Menurutnya, bergabung dengan Tim Ekspedisi Everest sama dengan bertaruh nyawa.
“Alhamdulillah, saya menjadi salah satu perwira akmil (akademi militer) yang lolos dan lulus untuk ikut ekspedisi pendakian ini,” ucapnya.
Ada kisah menarik sebelum dia berangkat mengikuti ekspedisi tersebut. Dia menghadap Danjen Kopassus Prabowo Subianto, untuk izin menikahi pujaan hatinya Betty Siti Supartini.
Setelah itu, Ekspedisi Kopassus akhirnya menginjak Nepal untuk memulai pendakian. Iwan mengenang bagaimana beratnya masa-masa awal berhadapan langsung dengan gunung es. Dia sempat jatuh sakit karena cuaca ekstrem.
“Saya baru berjalan 100 meter muntah-muntah, kaget, karena memang tidak siap dengan cuaca dingin. Rupanya istri ikut merasakan (kalau saya sakit),” kenangnya.
Namun sebagai prajurit komando yang ditempa dengan sangat berat, tentu saja tidak membuat Iwan mundur.
 Sebagai satu-satunya perwira Akmil yang memimpin tim sekaligus tumpun harapan Kopassus dan bangsa Indonesia untuk mengibarkan Bendera Merah Putih di puncak Everest, dia terus menguatkan semangat.
Mantan Danrem 173/Praja Vira Braja ini meyakini, doa istri yang rajin puasa senin-kamis, juga doa seluruh bangsa, dirinya sembuh. Iwan pun melanjutkan perjalanan mengarungi medan berat dengan suhu minus 50 derajat Celcius.
Baca Juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Pengawas KKP Lakukan Upacara Bawah Laut