JAKARTA - Kadipaten Demak Bintoro dahulunya adalah sebuah hutan Glagah Wangi yang dihadiahkan kepada Raden Patah dari Prabu Brawijaya V. Kemudian, hutan tersebut disulap oleh Raden Patah dan jadilah Kadipaten Demak Bintoro.
Kadipaten Demak Bintoro yang terletak di dekat Pantai Utara (Pantura) di Pulau Jawadwipa bagian tengah, meski daerahnya banyak pegunungan, tetapi kawasan itu cukup subur lahan pertaniannya.
Maka tak heran, keadaan lahan yang subur itu membuat kualitas hasil pertanian sangat baik. Selain itu, kondisi rakyatnya pun menjadi makmur dan sejahtera.
Daerah Demak Bintoro juga sangat strategis karena dekat dengan pelabuhan di Pantura. Wajarlah jika daerah Demak Bintoro lambat-laun mengalami perkembangan yang cukup pesat, bahkan menjadi pusat perhatian banyak orang.
Baca juga:Â Ketika Raden Patah Tak Ragu Tancapkan Bendera Islam di Demak
Di daerah yang belum lama dibuka oleh Raden Patah itu pun didatangi para pedagang dari berbagai daerah, termasuk para pedagang luar Jawadwipa yang berlayar menggunaka kapal laut.
Seiring dengan perkembangan waktu, daerah Kadipaten Demak yang dipimpin Radem Patah, ternyata bukan saja menjadi pusat perdagangan, tetapi juga menjadi pusat kebudayaan rakyat Jawadwipa dan pusat syiar dakwah Islamiah secara komprehensif.
Baca juga:Â Kisah Raden Patah Serbu Semarang, Warga Non-Muslim Dibiarkan Hidup
Baca Juga: KKP Pastikan Proses Hukum Pelaku Perdagangan Sirip Hiu Ilegal di Sulawesi Tenggara