RADEN Adjeng (RA) Kartini, wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879, sempat menyuarakan kerisauannya terhadap proses mengajinya yang tak dibarengi dengan belajar terjemahan Al-Quran. Ia pun berhasrat mengungkap arti ayat-ayat dalam kitab suci tersebut.
Hal tersebut dungkapkan Kartini pada sahabat penanya Stella Zeehandelaar pada 6 November 1899 sebagamana dikutip dari buku Habis Gelap Terbitlah Terang.
"Manakah boleh aku cinta akan agamaku kalau aku tiada kenal, tiada boleh aku mengenalnya," ujar Kartini
Ia mengatakan Al-Qur'an terlalu suci sehingga tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun saat itu. "Di sini tiada orang yang tahu bahasa Arab. Orang diajar di sini membaca Qur'an tetapi yang dibacanya itu tiada ia mengerti," tutur Kartini.
Menurut Kartini ketika belajar Al-Qur'an maka harus dibarengi dengan belajar terjemahannya. Ia pun berusaha agar bisa membaca dan menghayati kita suci umat Islam tersebut.
"Sama saja engkau mengajar aku membaca kitab bahasa Inggris, aku harus hafal semuanya. Sedangkan tiada sepatah kata jua pun yang kau terangkat artinya kepadaku," kata Kartini.