TUMENGGUNG Wilatikta (Adipati Tuban) memberikan analisis mengenai strategi perang "hit and run" yang dilakukan Prabu Girindrawardhana. Ia menuturkan, Prabu Girindrawardhana sengaja menerapkan strategi itu agar prajurit Majapahit jenuh karena diserang secara berulang-ulang dan bertubi-tubi.
"Barangkali Prabu Girindrawardhana memang sengaja membuat strategi perang seperti itu, Gusti Prabu. la menyerang lalu mundur! Jika hal itu dilakukan secara berulang-ulang dan bertubi-tubi, ia berharap agar prajurit Majapahit mengalami kejenuhan dan putus asa. Nah, itulah yang barangkali ditempuh dalam siasat perang oleh Prabu Girindrawardhana, sehingga larna kelamaan ia dapat menguasai takhta Majapahit," jelasnya
Semua seisi Majapahit terdiam. Mereka larut dalam pikirannya sendiri-sendiri yang mengembara dan mencoba menelisik mengenai 'benang merah' penyerangan yang dilakukan oleh Prabu Girindrawardhana.
Diam-diam, Prabu Brawijaya V malah teringat terhadap wisik yang pernah disampaikan oleh dua orang abdi kinasihnya Sabda Palon dan Naya Genggong.
Hingga terlintas dipikiran Prabu Brawijaya V inikah mangsakala yang menyebabkan kejatuhan dan kehancuran Majapahit?
Dalam kondisi seperti itu, Prabu Brawijaya V tidak berani membuka tentang wisik dua orang penasihatnya sebab ia takut nanti malah menjadi kenyataan.
Raja Majapahit pun merasa keheranan melihat sepak terjang para prajurit Kediri yang seperti 'bantheng ketaton' yang berarti sangat kuat, gesit serta tidak memiliki rasa takut. Benar-benar ngedab-edabi (mengherankan).
Baca Juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Pengawas KKP Lakukan Upacara Bawah Laut