JAKARTA - Dalam suatu Pasewakan Agung yang dihadiri oleh Sabda Palon, Naya Genggong serta Tumenggung Supa, Prabu Bhre Kertabhumi (Brawijaya V) sangat resah karena kondisi yang memprihatinkan di lingkungan istananya.
Pada masa itu Istana Majapahit sedang mengalami kemerosotan moral karena aksi kebejatan para Naya Praja dan putra putra pembesar Majapahit.
Diskusi tersebut menghasilkan rencana untuk mendatangkan para brahmana, pandhita dan resi untuk membenahi moral mereka itu.
Baca juga:Â Cerita Raja Majapahit Jatuh Cinta kepada Seorang Perempuan Muslim
Dengan gegap-gempita, Tumenggung Supa mengoordinasikan para bawahannya untuk menjalankan tugas Sang Baginda Raja. Para pandhita, brahmana dan resi yang andal dengan kualitas terbaik didatangkan ke Majapahit.
 Baca juga: Ketika Ulama Besar Turki Mengenalkan Agama Islam kepada Raja Brawijaya V
Tanggung jawab mereka tidaklah ringan, karena mereka dibebani memberikan pendidikan atau pelajaran yang berkaitan dengan akhlak-moral sehingga dapat mengubah tabiat buruk atau kebobrokan moral para para nayaka praja atau pamong paraja serta para anak-anak pejabat Majapahit.
Proses pendidikan itu dilaksanakan secara bergulir dan berkelanjutan. Kegiatan ini memakan waktu berbulan-bulan, Prabu Kertabhumi pun mengikuti perkembangan demi perkembangan kegiatan tersebut.
Baca Juga: Dukung Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Morowali Hibahkan Tanah ke KKP