NAMA aslinya adalah Siu Ban Ci atau catatan lain menyebut Tan Eng Kian, putri dari Tan Go Hwat. Ia adalah putri seorang pedagang etnis Tionghoa.
(Baca juga: Cerita Dewi Kian Jadi Mualaf, Masuk Islam Dibimbing Arya Damar)
Melansir Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit, saat zaman Majapahit, banyak etnis Tionghoa yang beragama Islam pada era Kekaisaran Dinasti Ming.
Mereka sebagian besar datang ke Nusantara dibawa armada besar Laksamana Cheng Ho dengan tujuan dagang, misi penyebaran agama Islam, dan menjalin hubungan persahabatan lintas negara.
Setelah diambil sebagai istri selir Bhre Kertabhumi atau biasa disebut Prabu Brawijaya V yang waktu itu masih menjadi Raja terakhir Majapahit, Siu Ban Ci atau Tan Eng Kian dikenal masyarakat Majapahit dengan sebutan โPutri Cina.โ
Setelah menjadi mu'alaf atas bimbingan dan arahan dari Arya Damar putra Prabu Brawijaya V dari hasil pernikahannya dengan Dewi Dilah. Dewi Kian pun tak henti-henti nya untuk memperdalam ajaran agama Islam.
Namun semangatnya itu harus tetap berada dalam kontrol karena saat itu Dewi Kian sedang hamil besar. Hal itulah yang jadi konsen Dewi Dilah.
"Dinda Dewi," begitu ujar Dewi Dilah,"sebaiknya jangan engkau paksakan kalau merasa berat menunaikan shalat dengan berdiri. Lakukanlah sesuai kemampuanmu, kalau tidak mampu berdiri, karena akan terasa sulit saat ruku' dan sujud, maka shalatlah dengan duduk".
"Apakah itu boleh?" Terperanjat Dewi Kian mendengar kemurahan dalam agama Islam.
"Ya demikianlah ajaran Islam! Bahwa agama Islam itu mudah dan hendaknya tidak memberatkan pemeluknya. Yang penting kesungguhan dan ketulusan hati." jelas Dewi Dilah.
Baca Juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Pengawas KKP Lakukan Upacara Bawah Laut