HOEGENG Iman Santoso atau yang akrab dipanggil Hoegeng merupakan sosok legendaris di kepolisian. Ialah mantan Kapolri ke-5 dan merupakan sosok teladan Polri karena sifatnya yang jujur, disiplin, dan sederhana.
Hoegeng menjadi Kapolri pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dengan masa jabatan 9 Mei 1968 โ 2 Oktober 1971. Baca Juga:ย Ketika Hoegeng Minta Istrinya Tutup Toko Bunga di Cikini demi Menjaga Kejujuran
Tak hanya komitmennya yang teguh pada sifatnya, ia juga merupakan sosok yang sangat menyayangi keluarga, terutama sang istri Meriyanti Roeslani, Hoegeng biasa memanggilnya Meri.
Meriyanti Roeslani adalah putri dari seorang Dokter, Soekmano, dan wanita keturunan Belanda, Jeanne Reyneke van Stuwe. Meri dan Hoegeng menikah pada tanggal 31 Oktober 1946 di Yogyakarta, pertemuan Meri dan Hoegeng adalah berkat sandiwara radio yang diperankan oleh mereka. Sandiwara tersebut adalah Saija dan Adinda dari novel Max Havelaar karya Multatuli atau Edwart Douwes Dekker.
Cerita tentang Hoegeng dan Meri tak sampai pertemuan mereka di radio. Saat Hoegeng menjadi Kapolri, Meri juga dilarang untuk menjadi Ketua Umum Bhayangkari yang biasa dijabat oleh istri Kapolri. Hoegeng mengatakan bahwa hanya Hoegeng saja yang menjadi pemimpin Polisi di Indonesia, Meri tidak usah menjadi pemimpin para istri-istri polisi.
Baca Juga:ย Cinta Hoegeng kepada Istri, Ketika Sakit Semua Diminta Mendoakan Kesembuhannya