TANGERANG - Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama 2 tahun terakhir membuat acara kebudayaan di Kota Tangerang tidak digelar untuk sementara waktu. Hal itu berimbas pada pengrajin topeng barongsai yang biasanya selalu kebanjiran pesanan menjelang Imlek.
Salah satunya adalah Kim Tjoan (69), seorang pengrajin topeng barongsai dari Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang yang mengaku penjualan topeng barongsai yang dia buat menurun drastis. Perayaan Imlek dua tahun terakhir memang tak semeriah dibanding biasanya. Larangan kerumunan membuat pertunjukan barongsai jarang diadakan.
"Sebelum pandemi belasan bahkan hingga puluhan juta saya dapati dari penjualan, penyewaan dan orderan penampilan. Sekarang satu set topeng laku saja udah bersyukur banget, kalau undangan tampil-tampil sama sekali gak ada," ungkap Kim Tjoan pada Senin (31/1/2022)
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, pesanan topeng barongsai menjelang Imlek sudah belasan terjual. Para pemain barongsai juga biasanya bisa tampil di tiga lokasi dalam sehari, mulai dari hotel, mal hingga dipanggil untuk tampil di rumah orang ternama.
Baca juga:Â Mengenal Keseruan Tradisi Imlek di Berbagai Negara Asia
Bahkan saat ini, Kim Tjoan sudah tak lagi memproduksi topeng barongsai yang baru. Ia bertahan dengan stok belasan topeng yang ia miliki hingga saat ini. Mulai dari barongsai jenis bulu sintetis hingga bulu domba dengan beraneka warna.
"Sekarang stok yang ada saja, harganya variatif, dari barongsai anak-anak dengan harga Rp200 ribu, barongsai besar untuk dua pemain dengan bulu sintetis seharga Rp2,5 juta hingga bulu domba yang termahal dengan harga Rp4,5 juta," lanjutnya.
Kim Tjoan mengaku sudah tak mencari keuntungan. Usaha yang dia geluti sejak taun 1999 ini dia pertahankan sebagai upaya melestarikan kebudayaan China. Sejak dulu menjadi pengrajin barongsai, Kim Tjoan tak melulu perkara uang. Untuk tampil di Kota Tangerang bahkan terutama di Klenteng ia tak pernah mematok harga.