JAKARTA - Hoegeng Iman Santoso lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921, biasa dipanggil Hoegeng. Ia merupakan seorang polisi teladan karena sifatnya yang disiplin, jujur, dan sederhana.
Hoegeng diangkat menjadi Kapolri pada 5 Mei 1968 saat masa pemerintahan Presiden Soeharto. Sebelum menjadi Kapolri, ia juga sempat menjadi Kepala Imigrasi dan Menteri Iuran Negara.
Nama Hoegeng yang unik memiliki ciri khas dimata Presiden Soekarno saat ia pertama kali menjadi polisi. Pada 1952 sebagai angkatan pertama PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian), Presiden Soekarno ingin bertemu dengan mereka, dan pada akhirnya mereka dipanggil ke Istana Negara untuk memenuhi panggilan Presiden.
Satu persatu anggota Bhayangkara itu pun dipanggil maju dan memperkenalkan diri. Pada saat Hoegeng maju dan Presiden Soekarno menanyakan siapa namanya, Presiden pertama Indonesia tersebut heran, seperti dikutip dalam Buku Hoegeng Polisi Dan Mentri.
Baca juga:Â Hoegeng Ungkap Cara Berantas Korupsi di Indonesia: Harus Dimulai dari Atas ke Bawah
“Apa tidak salah? Biasanyakan Soegeng?” kata Soekarno, waktu itu.
Hoegeng lantas menjawab bahwa nama pemberian orangtuanya memang seperti itu. Namun Presiden Soekarno tetap bersikeras, “Hoegeng bukan nama orang Jawa," timpal Hoegeng.
Baca juga:Â Cara Hoegeng Didik Anaknya: Tak Pernah Berikan Uang Jajan sejak SMP hingga Izinkan Jualan Koran
Lalu, Presiden Soekarno juga mengusulkan agar nama Hoegeng diganti dengan nama dirinya yang diambil dari tokoh seorang perwayangan. “Namamu diganti Soekarno, seperti nama saya," imbuh Bung Karno.
Mendapat usulan dari Bung Karno, Hoegeng tetap bersikeras bahwa dirinya tak mau mengubah nama dirinya. “Tidak bisa pak, namanya sudah Hoegeng,” timpal Hoegeng.