JAKARTA - Pakaian dinas lapangan atau PDL loreng darah menjadi ciri khas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Corak tersebut baru diperkenalkan pada 5 Oktober 1964 bersamaan dengan Hari ABRI (TNI).
Sosok yang memperkenalkan motif itu tak lain yaitu Mayjen TNI (Purn) Moeng Parhadimulyo.
"Aslinya pakaian loreng itu buatan Amerika yang diproduksi pada masa Perang Dunia I dalam jumlah besar untuk US Marine," bunyi penjelasan seperti dikutip dalam buku "Kopassus untuk Indonesia".
Dilansir dari iNews.id, seragam tersebut bersanding dengan baret merah saat prajurit Kopassus melaksanakan operasi tempur seperti menumpas gerombolan DI/TII. Namun lama kelamaan stoknya menipis. Ternyata di Amerika Serikat seragam itu tidak diproduksi lagi.
Akhirnya muncul gagasan untuk membuat pakaian seragam khusus bagi Kopassus. Lalu muncul ide motif loreng darah mengalir. Penggunaan seragam motif ini disetujui oleh Kolonel Inf Moeng Parhadimulyo yang saat itu menjabat Komandan RPKAD (sekarang Kopassus) pada 1958-1964.
Jenderal Moeng dikenal sebagai prajurit legendaris Kopassus yang kenyang pengalaman tempur. Pria kelahiran Yogyakarta ternyata sosok sederhana yang hidup lurus. Kesederhanaan Jenderal Moeng dikisahkan Menhan Prabowo Subianto.
Baca Juga:Â Benny Moerdani, Jenderal Kopassus yang Nyawanya Dihargai 5.000 Gulden oleh Pasukan Elite Belanda
Jenderal Moeng diketahui rutin bangun pukul 04.30 WIB untuk menyapu dan mengepel rumah sebelum berangkat ke kantor. Tak hanya itu, Moeng melarang istri dan anak menggunakan kendaraan dinas.
"(Karena dilarang naik mobil dinas) sehingga anaknya harus jalan kaki ke sekolah, sementara istrinya naik becak kalau hendak belanja," tutur Prabowo dalam buku biografinya berjudul "Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto". (aky)